Waktu salat tarawih telah selesai, jamaah pun kembali ke rumah masing-masing untuk beristirahat. Atau mungkin melanjutkan ibadahnya. Sementara aku masih berusaha menidurkan bayiku dengan menyusuinya. Biarlah, salatku sedikit terlambat dibanding yang lain. Aku pun lebih memilih salat di rumah demi kekhusyukan. Dari rumah aku bisa mendengar suara tilawah Al Quran dari pengeras suara masjid. Suara yang tidak terlalu merdu, namun enak didengar. "Assalamu'alaikum," terdengar salam dari suamiku memasuki rumah. "Wa'alaikumussalam wa rahmatullah," jawabku menyambutnya "kok lama Bi sampai rumah?" lanjutku kemudian. "Iya, pengin berlama-lama di masjid dulu." "Oh, begitu. Yang sedang tilawah itu siapa, Bi?" tanyaku lagi. "Restu, anaknya pak Tono," balas suamiku, "sendirian dia". "Loh nggak ada yang lain?" ucapku agak heran. Suamiku pun melanjutkan, bahwa memang tidak ada yang tersisa di masjid kecuali
Tempo hari aku menerima sebuah pesan masuk dari seseorang. [Assalamu'alaikum, ini Evi, Mba. Mau ngucapin maksih ya atas baju-bajunya. Maaf baru ngasih kabar, hapenya habis diperbaiki] Wah, ternyata kabar yang ditunggu datang juga. Setelah beberapa hari sedikit cemas, apakah barang yang aku titipkan lewat sebuah mobil angkutan pedesaan sudah sampai ke tujuan atau belum. Sebuah kardus berisi beberapa baju layak pakai, tas berbagai ukuran, dan beberapa pasang sepatu juga sandal. Jauh-jauh hari aku sudah berencana menyerahkan barang-barang hasil sortiran itu kepada orang lain melalui tangan Mba Evi ini. Sudah dua kali aku melakukan hal ini atas tawarannya untuk menyalurkan barang-barang itu. Metode Konmari yang aku terapkan sedikit banyak merubah pola pikirku akan barang. Mencoba menyingkirkan barang yang sudah tidak memberi rasa bahagia. Apa salahnya diberikan kepada orang lain, daripada menumpuk di lemari. Aku pun merasa tidak sayang telah memberikannya kepada orang lain. [Al
Kalau bicara soal hutang-piutang memang terkadang gemas juga ya.... Suatu kali aku membaca status teman yang sebal karena temannya selalu menolak jika ditagih hutang. Dia bilang yang awalnya kasihan jadi sebal. 'Tahu gini, nggak aku pinjamin dulu. Mungkin sampai Anggun jadi duta shampoo Emeeron dia baru balikin duitku' begitu ia tulis di statusnya. Duh ... lucu sih, tapi ikut nelangsa bacanya membayangkan temannya lama membayar hutang. Pernah juga aku membaca status teman yang lain. Katanya, 'jaman sekarang yang ditagih hutang lebih galak dari pada yang menagih. Ini sebenarnya siapa yang punya duit?'. Lagi-lagi miris bacanya. Tapi ada yang lebih adem, seorang pakar parenting dan praktisi home schooling menulis di statusnya juga, kurang lebih bunyinya seperti ini, 'Semoga Allah melancarkan rizki yang punya hutang denganku. Sehingga dia bisa membayar hutangnya kepadaku. Dan semoga piutangku yang macet dapat segera lancar terbayarkan. ' (Mohon maaf kala
Wah keren
BalasHapusKeren 👍 kakak sudah sabtu aku belum nulis 😌😌
BalasHapusSemangat nyusul
HapusKeren kak,idenya krratif sekali
BalasHapusAku tadinya mau in ceritanya wkwkwk
BalasHapusHihi keduluan
HapusMantap kakak
BalasHapus#semangat
Semangat juga
HapusWah hebat mbak...akhirnya menemukan alasan mengapa bawang merah dan bawang putih selalu bersama
BalasHapusHaha ngarang bebas
HapusKeren kak
BalasHapusKeren, bener ya apalagi kalau diuleg jadi sambal mantah. enak
BalasHapusMaknyuss
HapusKeren kak
BalasHapusTerima kasih
HapusBersama kita pasti bisa, ya kak hehe
BalasHapusHehe pastinya
Hapusbaguuus nih ide nya hehehee
BalasHapussalam dari Kairo, silahkan mampir jg ke blog saya hehe jagan lupa difollow :)
Insyaa Allah
HapusOkey
BalasHapusKok pada bagus2 ya bercerita mengenai cerita rakyat.
BalasHapusIde keren. Semangat kak^^
BalasHapusKeren kak
BalasHapusBagus banget umm, salam kenal aku amanda dari grup london
BalasHapusTernyata cobek itu ibunya duo bawang.. inspiratif mbak.. hehe
BalasHapusKereeen.
BalasHapus