BERBAGI ITU INDAH
Tempo hari aku menerima sebuah pesan masuk dari seseorang.
[Assalamu'alaikum, ini Evi, Mba. Mau ngucapin maksih ya atas baju-bajunya. Maaf baru ngasih kabar, hapenya habis diperbaiki]
Wah, ternyata kabar yang ditunggu datang juga. Setelah beberapa hari sedikit cemas, apakah barang yang aku titipkan lewat sebuah mobil angkutan pedesaan sudah sampai ke tujuan atau belum. Sebuah kardus berisi beberapa baju layak pakai, tas berbagai ukuran, dan beberapa pasang sepatu juga sandal.
Jauh-jauh hari aku sudah berencana menyerahkan barang-barang hasil sortiran itu kepada orang lain melalui tangan Mba Evi ini. Sudah dua kali aku melakukan hal ini atas tawarannya untuk menyalurkan barang-barang itu. Metode Konmari yang aku terapkan sedikit banyak merubah pola pikirku akan barang. Mencoba menyingkirkan barang yang sudah tidak memberi rasa bahagia. Apa salahnya diberikan kepada orang lain, daripada menumpuk di lemari. Aku pun merasa tidak sayang telah memberikannya kepada orang lain.
[Alhamdulillah Mba, syukurlah kalau gitu. Tapi kalau udah nggak bagus dijadiin lap aja nggak apa-apa Mba. Aku nggak enak barangkali orang-orang malah tersinggung atas pemberianku]
[Ya nggak lah mba. Malah tadi ada yang seneng dapat sprei dan karpet. Katanya pas lagi butuh banget]
[Maasyaa Allah beneran, Mba?]
[Iya, Mba. Begitu dateng langsung pada nyerbu itu ibu-ibu rempong. Milah-milih yang pengin diambil. Udah langsung habis]
[Alhamdulillah makasih banget ya Mba, udak bantu aku]
Adakalanya suatu barang yang menurut kita tidak bagus dan enggan memakainya, namun justru bagi orang lain itu adalah sebuah barang yang diinginkan.
Sungguh kabar yang aku terima ini menjadi kelegaan dan rasa syukur tersendiri. Lega karena apa yang menjadi uneg-unegku sudah terealisasi dan bersyukur ternyata ada yang senang atas pemberianku. Pemberian yang sangat sederhana, hanya barang pre-loved yang aku sendiri sudah jarang memakainya.
Acara berbagi ini pun menjadikanku lebih berkaca agar senantiasa bersyukur atas pemberian-Nya. Ternyata masih ada orang di bawah kita yang tidak selalu beruntung mendapatkan keinginannya.
Maka benarlah sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Benar juga ungkapan lain yang mengatakan bahwa memandang ke bawah akan membuat kita lebih bersyukur. Berbeda jika kita malah memandang ke atas. Iri dan dengki pasti akan senantiasa memenuhi dada sehingga mungurangi rasa syukur kita.
Komentar
Posting Komentar