IKHLAS MEMBAWA KEBAIKAN (Weekend Goals Bagian 2, Versi Cerita)
Waktu menunjukkan pukul 04.30 WIB. Seperti biasa, aku mengawali rutinitasku dengan menggiling baju di mesin cuci sebelum Subuh. Demi efisiensi waktu. Dengan melakukan ini, selepas Subuh aku hanya tinggal membilasnya. Begitulah rutinitas Emak-emak, tak jauh dari urusan dapur dan sumur.
Pagi ini aku lebih awal mengerjakannya. Ada rencana yang ingin aku lakukan di hari Minggu ini. Mewujudkan weekend goalsku, menghadiri kajian muslimah yang rutin aku ikuti.
'Semua harus sudah selesai sebelum anak-anak terbangun,' pikirku.
Dengan mempercepat gerakan tangan, akhirnya selesai sudah semua urusan domestik rumah tangga. Kutengok suamiku yang sedang berada di halaman depan. Ternyata dia tengah melihat-lihat beberapa tanaman yang ada di sana.
"Bi, hari ini bisa anterin Ummi kajian kan? " tanyaku seraya mendekat kepadanya.
"Libur dulu deh, Abi pengin di rumah. Udah lama nggak nengokin kebun, kayak apa tanaman-tanaman di sana," jawab suamiku mantap.
"Yah ... Ummi nggak kajian dong," sedikit kecewa aku menghela nafas.
Suamiku hanya terdiam mendengar kata-kataku. Sebenarnya aku pun tak enak hati jika selalu memintanya untuk mengantar pergi ke luar di hari Minggu. Rutinitasnya dari hari Senin hingga Sabtu pasti membuatnya ingin berada di rumah saat weekend seperti ini. Dia mungkin ingin melakukam hobinya berkebun dan sebagainya.
'Ah, seandainya aku bisa naik motor sendiri, pasti nggak usah repot-repot minta anter seperti ini,' keluhku dalam hati.
Sebagai istri sudah seharusnya aku mematuhi perintahnya. Dengan berpikir positif, aku pun mengambil keputusan untuk tetap tinggal di rumah hari Minggu ini. Biarlah tak menghadiri kajian, yang terpenting sudah mematuhinya. Bagaimanapun, izin dari suami adalah yang terpenting. Aku mencoba ikhlas berpikir bahwa tidak mungkin suami akan melarang dalam hal kebaikan. Toh tidak selamanya dia tidak memberi izin. Seringkali dia malalah mengizinkanku berkumpul bersama teman-teman untuk menghadiri kajian muslimah. Mungkin hari ini waktunya dia yang mewujudkan weekend goalsnya.
"Ya udah deh. Nggak apa-apa," ucapku kemudian.
"Nggak marah kan?" tanyanya menimpali.
"Nggak ...," tutupku seraya berlalu ke dapur. Masih ada yang harus aku kerjakan.
***
Hingga menjelang tengah hari kami habiskan hari Minggu untuk bersantai di teras rumah setelah sebelumnya suamiku menengok kebun seperti keinginannya tadi pagi. Kami pun ngobrol ngalor-ngidul tentang apa pun. Dari obrolan ringan hingga obrolan berat. Dari yang aku tahu sampai yang belum aku tahu. Semuanya kami bicarakan. Tanpa kusadari aku mendapat ilmu baru dari obrolanku dengan suami hari ini.
Sementara dua anak kami tengah bermain-main di halaman. Sesekali si sulung begelayut manja di pangkuan Abinya. Dia memang senang sekali jika hari libur seperti ini, karena dapat selalu dekat dengan Abinya.
"Asik banget ya, santai gini. Menikamati hari libur di rumah," ucapku disela-sela obrolan kami.
"Pengin seger-seger nih," tanpa menimpali ucapanku dia malah berucap hal lain.
"Tuh, mangga kayaknya udah hampir matang," timpalku seraya menunjuk pohon di pojok halaman, "mumpung Abi di rumah, dipetikkin yuk."
"Okey," ucapnya singkat.
Dengan menggunakan galah, kami pun mememetik buah mangga yang sudah tua. Tak disangka sampai puluhan buah yang dapat kami petik. Lumayan banyak hingga satu keranjang penuh.
"Wah, asyik! Mangganya banyak," ucap anakku kegirangan.
"Yeeaayy, asyik ya Nan, mangganya banyak. Terima kasih Abi sudah metikkin mangganya," aku tak kalah girang, "kalau tadi pagi kita pergi, pasti nggak bisa panen gini ya."
Suamiku hanya mengangguk-angguk dan tersenyum membenarkan. Memang tak banyak yang dia ucapkan selain aksi nyata. Mungkin dia sudah merencanakan ini semua sebagai salah satu weekend goalsnya.
"Iya deh, Ummi ngaku salah, tadi agak kecewa nggak berangkat kajian," aku pun cengar-cengir dibuatnya.
***
Matahari tetap bersinar cerah hingga selepas waktu Ashar. Suasana yang sangat mendukung untuk pergi jalan-jalan sore. Kebetulan dua bocil pun sudah merengek minta jalan-jalan sedari tadi.
"Ayo, Bi, jalan-jalan," ucapan berulang-ulang dari anak pertamaku membuat suamiku memutuskan untuk mengiyakannya.
Dengan mengendarai motor kami menikmati susana sore yang cerah. Tanpa disangka, suamiku mengarahkan motornya ke jalan di ujung desa. Deretan pohon pinus yang menjulang menyambut kami.
"Kita lihat jalan baru yuk, jalan yang bisa tembus ke jalan yang biasa kita lewati," ajak suamiku.
"Asyik ... jalannya nggak rusak tapi kan?" tanyaku memastikan.
"Lihat aja nanti," suamiku santai menanggapi.
Motor pun melaju melewati jalan yang belum pernah aku lalui. Sepanjang perjalanan suamiku menjelaskan bahwa jalan itu adalah jalan pertama yang dulu sering dilalui penduduk desa sebelum akhirnya dipindahkan ke jalur yang sekarang ramai. Jalan ini memang melewati hutan pinus dan ladang warga, tidak ada rumah di pinggir jalan. Hanya beberapa gubuk kecil sebagi tempat istirahat para penggarap ladang. Dari jauh tampak deretan bukit yang berjejer rapi. Sementara sinar matahari sore yang keemasan memancar indah menambah keeksotisan senja.
"Maasyaa Allah, indah banget pemandangannya ya, Bi," ucapku takjub memandangi apa yang ada si hadapanku.
Sejauh mata memandang hingga batas cakrawala hanya keindahan yang terekam indah di mata. Tangkapan lensa kamera tak kan bisa menangkap keindahan yang sama dengan lensa mata yang Allah ciptakan. Berkali-kali takbir terucap mengiri deru suara motor yang kami tunggangi.
"Weekendnya kita jalan-jalan di gunung dong," ucapan suamiku tak ayal membuatku mengiyakan ucapannya seraya mengucapkan terima kasih.
"Makasih ya, Bi. Sering-sering aja jalan-jalan ke sini."
Ternyata ikhlaslah yang akan membawa kebaikan. Setelah tadi pagi mencoba ikhlas akan kekecewaanku gagal mewujudkan weekend goals, namun ternyata Allah ganti dengan pengalaman berharga hari ini. Ilmu baru dari ngobrol santai di teras rumah, quality time membersamai anak dengan personil orang tua lengkap, memetik mangga sebagai bentuk rizki dari-Nya, dan menikmati pemandangan alam yang luar biasa indah. Benar-benar semua sudah diatur oleh Allah.
Semua yang kita inginkan belum tentu dapat terjadi. Namun, semua yang terjadi adalah yang terbaik bagi kita. Weekend goals yang telah direncanakan namun gagal, ternyata Allah ganti dengan weekend goals yang tak kalah indah.
Komentar
Posting Komentar