PILIH PUNYA HUTANG ATAU PIUTANG?

Kalau bicara soal hutang-piutang memang terkadang gemas juga ya.... Suatu kali aku membaca status teman yang sebal karena temannya selalu menolak jika ditagih hutang.  Dia bilang yang awalnya kasihan jadi sebal.

'Tahu gini,  nggak aku pinjamin dulu. Mungkin sampai Anggun jadi duta shampoo Emeeron dia baru balikin duitku' begitu ia tulis di statusnya.

Duh ... lucu sih, tapi ikut nelangsa bacanya membayangkan temannya lama membayar hutang. Pernah juga aku membaca status teman yang lain. 

Katanya, 'jaman sekarang yang ditagih hutang lebih galak dari pada yang menagih. Ini sebenarnya siapa yang punya duit?'. Lagi-lagi miris bacanya.

Tapi ada yang lebih adem,  seorang pakar parenting dan praktisi home schooling menulis di statusnya juga,  kurang lebih bunyinya seperti ini,

'Semoga Allah melancarkan rizki yang punya hutang denganku.  Sehingga dia bisa membayar hutangnya kepadaku. Dan semoga piutangku yang macet dapat segera lancar terbayarkan. ' (Mohon maaf kalau ada yang kebetulan baca status teteh tersebut tapi bunyinya tidak seperti itu).

Kali ini aku tidak hanya membaca,  tapi ikut mengaminkan status beliau. Yah,  karena aku merasa senasib. Aku (dan suami lebih tepatnya) pun mempunyai piutang di luar.  Artinya ada orang yang kami hutangi. Bukan bermaksud sombong,  karena selain mempunyai piutang,  kami juga mempunyai hutang.  Jujur saja,  hehe ... (semoga dapat segera melunasinya).

Kembali ke piutang yang kami (aku dan suami) punyai. Sekali lagi, aku tidak bermaksud sombong mengatakan kalau punya piutang. Pasti sebagian besar dari pembaca juga punya kan? Seperti yang teman-teman yang aku kutip statusnya di atas. Punya piutang itu bisa senang, bisa juga sebal. Ya, senangnya kalau pas tidak punya uang, ternyata tiba-tiba ada orang yang mengembalikan hutangnya.

'Alhamdulillah rejeki nggak kemana.'

Tapi, bisa juga sebal karena misal sedang membutuhkaan uang, tapi mereka yang dipinjami malah menunda-nunda terus untuk membayar hutangnya. Pasti sebal kan? Itu uang kita, tapi nggak bisa makai. Kalau seperti ini, siapa yang salah?

Bismillah, niat kami meminjamkan uang adalah membantu. Alhamdulillah ketika ada orang pinjam kami ada rezeki lebih, jadi kami kasihlah pinjaman ke meraka. Memberikan pinjaman/ hutang pun ternyata bernilai sedekah jika benar-benar ikhlas membantu tanpa berniat mengambil keuntungan ketika saat pengembaliannya. Silakan cari hadist-hadist keutamaan memberikan hutang/ pinjaman.

Tipe-tipe orang berhutang pun ternyata macam-macam. Ada yang memang berhutang karena ketika ada keperluan mendadak, mereka tidak mempunyai uang dan akan mempunyai uang beberapa waktu lagi. Orang seperti ini biasanya tepat waktu mengembalikan hutangnya. Berbeda dengan orang yang 'cari gampang'. Biasanya ada yang bilang, 'bayarnya nanti tanggal sekian'. Tapi ketika ditagih pada tanggal itu, mereka mengatakan lain. Dan kalau seperti ini biasanya mundur dan mundur terus, akhirnya lupa sama hutangnya.

Jujur kami (aku dan suami) tidak pernah menagih, kecuali kalau terlihat nominalnya besar dan sudah berjanji tanggal sekian untuk mengembalikannya. Alhamdulillah kalau orang yang sadar memang mengembalikan hutangnya. Tapi, kalau orang yang tipe 'cari gampang' itulah  yang selalu mengulur waktu untuk membayarnya.

Benarlah sabda Rasulullah,
"Sesungguhnya apabila seseorang terlilit hutang maka bila berbicaraia akan berdusta dan bila berjanji ia akan mengingkari" (HR. Bukhari dan Muslim)

Sebenarnya hutang itu boleh-boleh saja, tapi mesti ada ada syaratnya. Seperti kata Ustadz Raehanul Bahrain dalam tulisannya.  Jangan bermudah-mudahan dalam berhutang. Sebisa mungkin, hutang adalah jalan terakhir ketika tidak ada solusi.  Bukan malah mengandalkan hutang dan sengaja berhutang ketika kita jelas-jelas bisa cash di awal. Dan, bagi seorang muslim pun ada doa untuk terhindar dari hutang.

Kalau boleh memilih, mungkin setiap orang akan memilih punya piutang. Membantu orang yang kesusahan. Kalau perlu sedekahkan sekalian atau mengikhlaskan uang kita itu, (kalau untuk masalah sedekah sih tidak perlu orang lain tahu). Tapi, kadang keadaan membuat kita berhutang. Nah, kalau sudah berhutang maka ada konsekuensinya, yaitu mengembalikan/ mambayar hutangnya.

Semoga yang punya hutang bisa segera melunasi hutangnya. Karena menunda membayar hutang bisa juga menjadi penyebab tertundanya rezeki. Karena bukan tidak mungkin orang yang meminjamkan uangnya pun mempunyai kebutuhan lain. Kalau sebagai orang yang meminjam, tidak mau mengembalikan entah itu karena lupa --kebanyakan pura-pura lupa-- atau sudah berjanji tapi selalu ingkar, itu berarti sudah berbuat tidak adil terhadap orang lain.

Marilah bijak berhutang. Bayarlah hutang. Semoga Allah memberi jalan rezeki ketika ada keniatan untuk melunasi hutang.

Komentar

  1. Ya, begitulah kalau sudah menyangkut masalah uang😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya begitulah, biasanya pura-pura lupa sama ganti nomer WA 😂

      Hapus
  2. Saya kalau bisa nggak ngutang Umm. Karena pelupa🙈 orang ngutang ke saya aja nggak inget, justru mereka yang ngingetin.

    BalasHapus
  3. Gugur pahala syahid jika Ada terikat hutang 😰

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada doanya biar terhindar dari hutang.

      Tapi namanya manusia, tetap saja kadang berhutang. Yang penting diniatkan agar bisa membayarnya

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW BUKU THE POWER OF DASTER

HADIAH UNTUK RESTU