MENIKAH TANPA RAHASIA

Menikah adalah sunnah Rasulullah, yang dengannya menempurnakan separuh agama kita. Hal itu biasa kita dengar dengan ungkapan bahwa menikah adalah separuh agama. Kenapa separuh agama? Karena di dalamnya begitu banyak ibadah yang dapat kita lakukan, dan banyak pula pahala yang akan kita dapatkan darinya.

Menikah dapat mendatangkan pahala jika diniatkan ibadah, memulainya dan menjalaninya diliputi dengan ibadah. Niatkan menikah sebagai ibadah, meneladani Rasulullah agar mendapat keberkahan menikah, menjaga kemaluan, serta memperoleh keturunan yang sholeh untuk memperkuat agama. Memulai pernikahan dengan awal yang baik, ta'aruf sesuai aturan, bukan pacaran yang menjurus kepada zina. Serta menjalani pernikahan dengan senantiasa beribadah. Taat kepada suami, sayang kepada istri, serta menjalankan apapun dalam pernikahan sesuai petunjuk Allah dan Rasul-Nya.

Betapa banyak faidah menikah. Dengan menikah, maka terpelihara kemaluan kita. Hal yang sangat penting, mengingat pengendalian nafsu adalah perkara berat. Terbukti, banyak orang yang melakukan pelanggaran nafsu (baca: zina) itu di luar pernikahan. Dengan menikah pun, hati menjadi tentram. Jika dulu ketika jomblo hati terbiasa galau, maka dengan menikah itu akan terobati. Ada tempat untuk bersandar, untuk berbagi, dan untuk menerima. Itulah mengapa dikatakan bahwa tujuan menikah adalah meraih sakinah (ketenangan), mawaddah (cinta), dan rahmah (kasih sayang).

Namun, menikah pun bukan asal menikah. Ketika menyukai seseorang, maka diajak menikah. Tentu ada hal yang harus dipersiapkan, ada hal yang perlu diketahui, dan ada hal yang perlu disepakati dalam pernikahan.

Persiapan menikah bisa berupa materi dan non-materi. Materi, yaitu persiapan lahiriah terkait acara pernikahan itu sendiri, tapi bukan tidak mungkin ketika minim materi maka pernikahan urung dilakukan. Karena syarat menikah yang utama adalah pengantin, ijab qobul, wali, mahar, dan saksi. Tak perlu syarat khusus pesta meriah untuk pernikahan. Namun, yang lebih utama adalah persiapan non-materi, atau lebih tepatnya persiapan batin. Ilmu tentang pernikahan haruslah menjadi bekal utama untuk para pengantin.

Dalam pernikahan pun, ada yang perlu diketahui. Sebelum menikah wajib bagi setiap untuk mengetahui semua hal tentang pasangannya. Inilah perlunya proses taaruf. Proses "membuka" informasi. Jadikanlah saat ini sebagai waktu untuk mengorek semua informasi tentang calon pasangan. Mulai dari hal sepele, hingga hal serius. Mulai dari kebiasaan baik hingga kebiasaan buruk. Mulai dari dirinya hingga seluruh keluarganya. Karena menikah bukan hanya menyatukan dua orang, namun juga dua keluarga.

Dalam proses taaruf, tidak ada yang ditutupi. Harus terbuka satu sama lain. Terutama tentang kebiasan dan sifat. Begitulah perbedaan taaruf dengan pacaran. Taaruf membuka semua yang harus dibuka, sedangkan pacaran biasanya malah merahasiakan kejelekannya di hadapan pasangan. Tak jarang, berapapun lama waktu pacaran tidak bisa menjamin kebahagiaan pasca menikah. Kebanyakan akan merasa kaget melihat kebiasaan buruk pasangannya. Sebaliknya, sesingkat apapun waktu taaruf, Insyaa Allah akan menjadi jalan pembuka kebahagiaan dalam pernikahan.

Dengan keterbukaan sebelum menikah, bisa diminimalisir kejengkelan akan kebiasaan buruk pasangan. Misalnya kebiasaannya menaruh barang tidak pada tempatnya. Apapun itu, tidak membuat kadar cinta berkurang pada pasangan. Karena kejujuranlah yang diutamakan sedari awal. Dan yang paling penting komitmen untuk saling mencintai kekurangan maupun kelebihan.

Mungkin, hanya ada satu hal yang boleh dirahasiakan. Layaknya orang normal, sebelum menikah pasti ada seseorang yang pernah disukai maupun menyukai kita sebelumnya. Hal itu mungkin boleh dirahasiakan sesuai kesepakatan masing-masing demi berjalannya pernikahan yang  jujur dan tanpa ganjalan di masa lalu. Tidak ada manusia yang luput dari dosa, namun tekad memperbaiki kesalahan adalah yang paling utama.

Pernikahan yang baik pun, mesti ada kesepakatan setelah menikah. Mau seperti apa model rumah tangga yang dijalani. Bagaimana berbagi tugas dan tanggung jawab masing-masing sesuai posisinya. Pernikahan yang didasari ilmu serta bertujuan ibadah sudah tentu akan menjadikan kita legowo dan ikhlas dengan konsekuensi peran kita dalam pernikahan. Suami dengan segala tanggung jawabnya, begitu pun sebaliknya.

Jadikan pernikahan sebagai ladang amal bagi kita. Ketika agama sudah kita dapatkan separuhnya dengan menikah, maka lengkapilah separuhnya dengan ibadah-ibadah lain, sesuai petunjuk Allah dan Rasul-Nya.



Komentar

  1. Hai mba, aq dari grup konstantinopel, bahasan yg menarik trutama bagi pasangan yg akan menikah,,dan petingatan bwt para jomblo biar segera mentaaruf atau ditaaruf πŸ˜„πŸ˜„

    BalasHapus
  2. Aamiiinn yaa Rabb, nasehat yang luar biasa khususnya yang masih menjemput jodoh, perbaiki selalu yang masih banyak memiliki celah sebuah kekurangan dan celah ego. Kembali belajar ikhlas akan ketentuan2 Allah untuk diri
    Terimakasih tulisan bermanfaatnya ka
    Salam kenal dari keluarga odop konstantinopel

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Mudah mudahan bisa kesampaian, wkwk

    BalasHapus
  5. Menikah. Ah, jadi pengen kedua kalinyaπŸ˜‚ Keren tulisannya, dan selalu banyak pesan yang bernafaat juga,Mbak Ummu Hanan iki.

    BalasHapus
  6. Masya Allah, tulisannya sangat bermanfaat buat yang akan menikah. 😊

    BalasHapus
  7. Kalau baca postingan teman2 tentang taaruf jadi baper.. malu pernah jahiliyah. Udah gitu jadi kepo gimana rasanya jantung berdegup2 saat taaruf.. :)

    BalasHapus
  8. Alhamdulillah dulu saya bertemu dengan suami lewat Ta'aruf... hehehe πŸ₯° nikmatnya pacaran setelah menikah... 🀭

    BalasHapus
  9. Menikah memang butuh persiapan, termasuk sepemikiran dan kemampuan menafkahi

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW BUKU THE POWER OF DASTER

HADIAH UNTUK RESTU

PILIH PUNYA HUTANG ATAU PIUTANG?