HADIAH UNTUK RESTU

Waktu salat tarawih telah selesai, jamaah pun kembali ke rumah masing-masing untuk beristirahat. Atau mungkin melanjutkan ibadahnya. Sementara aku masih berusaha menidurkan bayiku dengan menyusuinya. Biarlah, salatku sedikit terlambat dibanding yang lain. Aku pun lebih memilih salat di rumah demi kekhusyukan.

Dari rumah aku bisa mendengar suara tilawah Al Quran dari pengeras suara masjid. Suara yang tidak terlalu merdu, namun enak didengar.

"Assalamu'alaikum," terdengar salam dari suamiku memasuki rumah.

"Wa'alaikumussalam wa rahmatullah," jawabku menyambutnya "kok lama Bi sampai rumah?" lanjutku kemudian.

"Iya, pengin berlama-lama di masjid dulu."

"Oh, begitu. Yang sedang tilawah itu siapa, Bi?" tanyaku lagi.

"Restu, anaknya pak Tono," balas suamiku, "sendirian dia".

"Loh nggak ada yang lain?" ucapku agak heran.

Suamiku pun melanjutkan, bahwa memang tidak ada yang tersisa di masjid kecuali Restu. Obralan kami akhirnya membahas tentang dia dan keluarganya. Mereka adalah keluarga yang kurang mampu. Namun, mereka mempunyai lahan garapan untuk bercocok tanam demi menghidupi keluarga. Restu anak tengah dari tiga bersaudara. Kakaknya sudah bekerja, adiknya duduk di bangku SMP, sedangkan dia sendiri di bangku SMA.

Suamiku melanjutkan, bahwa dulu bapaknya sempat bekerja di rantau. Namun, dia berperilaku buruk, suka minuman keras, dan memukul istrinya. Seiring berjalannya waktu dan berkat kesabaran sang istri, perilaku buruknya mereda dan hilang.

"Abi pengin ngasih hadiah buat Restu, beliin sarung sama baju koko gimana?" tanya suamiku kemudian.

"Serius, Bi? Ya, bagus kalau gitu," sahutku antusias.

Sungguh, tidak ada rasa iri atau cemburu mendengar niat suamiku seperti itu. Sekalipun Restu bukan keluarga kami. Masyaa Allah ... semoga dengan hadiah dari kami bisa menjadikannya lebih rajin ke masjid. Menjadikannya pemuda yang taat, dari pada menghabiskan waktu untuk sekedar nongkrong atau bermain game.

"Iya, dia anak rajin. Layak mendapat hadiah."

Pada waktunya, suamiku pun memberikan apa yang sudah menjadi keniatan kami. Kami berikan hadiah itu untuknya dua hari menjelang hari raya. Percayalah Restu, hadiah dari Allah jauh lebih baik dibanding apa yang kami berikan. Ya, jika kamu menjadi pemuda yang selalu condong hatinya kepada masjid.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW BUKU THE POWER OF DASTER

PILIH PUNYA HUTANG ATAU PIUTANG?