MUSLIMAH ITU PEMALU

"Muslimah itu pemalu, menjaga kehormatan, dan tidak terlalu vokal. Namun, itu tak menghalanginya untuk berprestasi dan menginspirasi orang lain"

~Ummu Hanan~

Masih tentang wanita. Setelah kemarin aku menulis tentang wanita dan bahaya fitnahnya, kali ini aku ingin berpendapat tentang sifat yang mesti dimiliki wanita. Pemalu.

Ah, memang betapa memesonanya wanita sehingga Allah menyuruh kita untuk tertutup, dengan mengenakan jilbab. Seperti yang aku tulis kemarin, kendatipun wanita sudah berjilbab, tetap saja  setan masih membisikkan agar wanita masih melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan jilbabnya.

Ada kalanya dijumpai wanita sudah mengenakan jilbab, namun ternyata kurang menjaga kehormatannya dalam pergaulan dengan orang lain. Mungkin dia masih suka berkata yang menyakitkan, masih suka ketawa-ketiwi tanpa malu di depan umum, masih suka menggosip, atau bahkan masih suka berfoto selfi demi terlihat kecantikannya.

Sungguh, memang berat godaan bagi kaum wanita untuk tidak melakukannya. Namun, percayalah itu dapat dikurangi dengan sifat malu. Malu ketika kita berkata tidak sesuai dengan pakaian kita, malu ketika perbuatan tak mencerminkan penampilan luar, dan malu ketika wajah kita terpampang di depan umum, seperti media sosial kita.

Malu, akan menjaga kehormatan bagi wanita itu sendiri. Terutama bagi wanita muslimah yang sudah berjilbab.
 
Muslimah pun tak perlu terlalu vokal menyuarakan pendapatnya di depan umum. Maksud baik menunjukkan eksistensinya di depan umum, namun tak semua orang menganggap wanita yang terlalu vokal itu baik. Yang terburuk bahkan bisa menimbulkan orang lain mencap dirinya terlalu banyak omong.

Muslimah yang pemalu, lebih menjaga perkataanya. Dengan menjaga perkataan pun maka akan terhindar dari prasangka-prasangka buruk orang lain. Karena diam juga berarti emas. Diam yang berbobot tentu berbeda dengan diamnya orang yang bodoh.

Aku ingin bercerita sedikit tentang seorang teman yang aku kenal di dunia maya.

Sempat aku penasaran dengan wanita muslimah yang membuatku selalu kagum dengan karya-karyanya. Dia adalah PJ di salah satu proyek buku antologiku. Dari chat-chatnya di grup dengan para kontributor buku, dia terkesan ramah dan baik hati. Hingga buku kami terbit, aku pun masih berhubungan dengan dia sesekali. Namun, tak pernah aku sekalipun melihat wajahnya.

Suatu ketika aku melihat di story WAnya, judul tulisan "cadar hitamku" di bukunya yang lain. Langsung aku membalas statusnya itu,

[Bund, Bunda bercadar ya?]

Tak berapa lama dia membalas, hanya dengan emoticon senyum. 

Tak perlu kepo lebih jauh lagi, rasanya benar dugaanku. Kalaupun tidak bercadar, bisa disimpulkan dia muslimah yang tidak pernah menampakkan fotonya di media sosial. Entah, apakah aku yang tidak pernah melihat atau memang demikian adanya.

Namun hanya satu yang aku bisa simpulkan bahwa seorang muslimah tak perlu terlihat eksis terpampang wajah ataupun vokal bersuara di depan umum agar terlihat keren. Muslimah berjilbab atau bercadar,  tentu lebih senang menjaga wajah dan suaranya yang merupakan aurat agar terlihat dan terdengar sesuai koridornya. Berkarya dan menginspirasi orang lain dengannya, akan lebih membuat orang lain kagum padanya.

Bisakah aku seperti dia?

Renungan bagi diri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW BUKU THE POWER OF DASTER

HADIAH UNTUK RESTU

PILIH PUNYA HUTANG ATAU PIUTANG?