PENGARUH TV PADA ANAK (SAYA)

TV salah satu benda elektronik yang sudah umum ada di setiap rumah, tidak seperti jaman dulu yang hanya beberapa orang bisa memilikinya. Di jaman dulu, TV masih termasuk barang mewah, yang tentunya membuat orang agak sulit untuk menontonnya. Orang jaman dulu harus berkunjung ke rumah salah satu warga yang memiliki TV dan berdesakan demi bisa menonton TV. TV memang memiliki daya tarik tersendiri bagi penontonnya. Hanya duduk manis di depan layar, bisa melihat dunia di belahan bumi mana pun. Berbagai acara disuguhkan oleh ratusan channel televisi. Setiap acara pun memiliki penontonnya masing-masing. Tak terkecuali anak-anak.

Kebiasaan orang tua menonton TV pasti sedikit banyak berpengaruh kepada anak-anak. Anak-anak akan terbiasa dengan kotak ajaib yang mengeluarkan gambar serta suara secara bersamaan tersebut. Maka dari itu, kita perlu memilih tayangan yang akan ditonton bersama anak-anak kita demi kebaikan mereka. Usahakan memilih tayangan yang mendidik dan berguna bagi anak. Namun, sangat disayangkan ketika acara yang diperuntukkan bagi anak-anak semisal acara kartun pun memberi dampak yang buruk kepada anak-anak.

Saya ingin bercerita tentang pengaruh TV kepada anak saya.

Sebagai seorang ibu dengan dua anak yang jarak umurnya lumayan dekat, memang saya terkadang menyalakan TV untuk mereka. Waktunya pun terbatas, hanya jika benar-benar ketika anak saya tidak bisa ditinggal. Misalnya saat saya sedang salat dan mandi. Karena ada saatnya anak saya yang besar suka mengusili adiknya ketika saya tidak disamping mereka. Saya pun berpikiran bahwa, 'tak apalah menonton TV, hanya acara kartun'.

Ternyata perkiraan saya salah. Acara kartun pun bisa berdampak buruk bagi anak saya. Mungkin respon setiap anak berbeda terhadap apa yang mereka tonton. Tetapi di sini saya hanya  berbagi cerita tentang anak saya.

Cerita pertama. Anak saya usia empat tahun memang tergolong aktif. Namun, setelah sering menonton acara superhero ultr*m*n, superhero robot-robotan, dan acara kartun si kembar UI episode ultr*m*n, dia lebih suka memukul, entah kepada saya, suami saya, ataupun adiknya. Selain memukul, dia pun memperagakan adegan aktif lainnya, seperti adegan menendang.

Cerita kedua. Anak saya waktu itu suka (maaf) meludah, baik kepada saya maupun kepada temannya. Kalau seandainya ada hal yang tidak disukai, misal saat dinasihati dan dia tidak mau, pasti dia meludah ke arah saya. Ketika diperingatkan bahwa itu tidak baik, dia tidak menurut. Setelah saya pikir-pikir, ternyata itu pengaruh setelah menonton acara kartun si kembar UI episode UI menjadi besar dan memadamkan api kebakaran dengan ludahnya.

Cerita ketiga. Anak saya benar-benar peniru ulung. Waktu itu menonton acara kartun si Kotak Kuning dan si Bintang Laut Pink. Saat itu adegan Bintang laut gosok gigi hingga ke tubuh, perut, dan ketiak. Nah, ketika anak saya mandi, saat disuruh gosok gigi, dia malah menyikat perut dan ketiaknya menggunakan sikat gigi. Kaget dan sedikit jengkel dengan apa yang dia lakukan, karena menurut sayaa itu jorok. Tapi setelah berpikir lagi, itu adalah pengaruh apa yaang dia tonton, dan saya pun berusaha memaklumi bahwa dia hanya anak-anak yang masih suka meniru.

Akhirnya, setelah beberapa kejadian itu saya dan suami bersepakat untuk menghapus saluran TV yang menayangkan kartun itu. Awalnya memang berat, mengingat nanti bagaimana jika saya hendak salat atau mandi, bagaimana meninggalkan dua balita untuk beberapa saat. Tapi setelah terbiasa, itu menjadi tidak masalah.

Beberapa cara saya lakukan sebisa mungkin agar anak tidak menonton acara TV itu. Mulai dari membiarkan remote control TV yang rusak, meletakkan TV flat di dinding dengan posisi di atas, sehingga anak tidak bisa menjangkau tombol power TV, hingga seringkali saya menurunkan aliran listrik (di kilometer listrik).

Memang tidak selamanya TV berdampak buruk. Saya pun masih menyalakan TV sekali-kali. Namun menggantinya dengan memasang flasdisk di USB TV, suami mendownload  kartun video animasi mobil dan kereta namun dengan audio bacaan surat Al Quran. Ada juga beberapa video tentang hewan serta animasi kartun Nusa dan Rara.
Video-video itu pun tetap memberi dampak kepada anak saya. Namun kali ini lebih berdampak baik. Anak saya bisa menirukan beberapa ayat Al Quran seperti di video yang mereka lihat.

Begitulah, sebagai orang tua kita harus jeli melihat sikap dan sifat anak kita. Kesalahan mungkin bukan berasal dari anak kita namun dari kelaaian kita sebagai orang tua membiarkan anak mendengar dan melihat apa yang tidak patut mereka lihat.

Alhamdulillah anak saya sekarang jarang menonton TV. Mungkin karena bosan juga melihat video yang diputar berulang-ulang. Tak mengapa, sekarang saya selalu berusaha membersamai mereka bermain di halaman rumah. Entah itu bermain pasir, air, melihat macam-macam pohon, atau hanya sekedar bernyanyi lagu anak-anak bagi mereka. Alhamdulillah sekarang kebiasaan meludah dan memukul sudah tidak ada.

TV memang memiliki dampak luar biasa bagi pentontonnya. Banyak tayangan yang tidak mendidik. Tayangan sinetron, berita kriminal, bahkan tayangan iklannya. Bagi orang dewasa pun ada beberapa yang tidak bisa menyaringnya, --teringat berita pembunuhan yang konon si pelaku terispirasi dari melihat sinetron--, apalagi bagi anak-anak yang belum memiliki nalar yang sempurna.

Pilihan tentu menjadi hak masing-masing, apakah menonton TV sebagai kebutuhan, hiburan, atau tontonan sekadarnya. Yang terpenting tetap mengawasi dan mendampingi anak-anak kita saat menontonnya.

Wallahu a'lam.

Curhatan seorang Emak dengan dua balita yang kadang juga masih khawatir ketika anaknya bermain di rumah temannya, apakah mereka menonton TV atau tidak.

Pemalang, 9 September 2019.

Komentar

  1. Sudah hampir 3 tahun ini di rumah kami nggak ada TV.. meski belum bisa lepas dari YouTube. Namun membatasj YouTube jauh lebih mudah.. karena anak2 tidak Punya gadget sendiri. Jadi mau nggak mau hanya pinjem dari Ayah bundanya. Kalau bukan di jadwal nonton YouTube ya nggak boleh pegang HP. Tentunya sebagai ortu harus memberi contoh lebih dulu agar anaknya mudah menerima aturan yang diberikan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mbak, senagai orang tua harus mencontohkan yang baik. Kalau anak saya mang kadang masih pegang Hape, itu pun kalau terlanjur lihat kami orang tuanya megang hape. Jadi memang sebisa mungkin, anak ga lihat kami pegang hape 😊

      Hapus
  2. Wah itulah kenapa kita harus bener bener bisa menyeleksi tontonan untuk anak. Apalagi kalo anaknya lagi dalam fase kayak burung beo. Mungkin anak nya juga bisa di ajak membaca buku, bun. Semangat terus nulisnya bun!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, anak saya juga dibiasain baca buki. Tapi namanya anak-anak, kadang mau kadang enggak πŸ˜‘

      Hapus
  3. Di rumah saya sejak lama gk ada TV. Bukan karena nggak suka. Tapi karena memang gk mampu beli. Hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe.. Beneran nih ga mampu beli? Tapi bagus sih, ga nonton tivi. Iklannya menyesatkan, ups 😬

      Hapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. wah saya baru ngeh mba, sharing inspiratif

    BalasHapus
  6. Dirumah saya tv cuma buat panjangan engga pernah dihidupkan hahah kabel-kabelnya juga engga jelas, seingat Saya tv itu sudah ada tapi waktu Tanya ke ayah "yah kenapa engga dihidupkan adek mau nonton" ayah jawab : nak engga usah nonton tv listrik nya MahalπŸ˜† So dari kecil engga pernah nonton tv hahaha (begitulah ayah mendidik kami buah hatinya) diuntungkan keadaan sebenarnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baguslah. Sekarang TVku juga udah rusak ngga dibenerin. Cuma ada suara, ga ada gambar, haha

      Hapus
  7. Keponakan saya nggak suka nonton tv. Tapi kegemarannya nonton Youtube susah banget direm. Ortunya kadang bingung kalau udah tantrum minta hp dan nyetel Youtube. Gimana cara ngontrolnya, ya? Btw tulisannya rapi banget, Umm. Saya suka. Cuma tdi ada kata-kata yg kurang baku. Kayak "jaman".

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan kasih lihat hapenya mbak. Kalau terlanjur lihat mending lihatin, kasih waktu sebentar, kalo maaih tetep ngga mau lepas, mending cara paksa. Biarin anak nangis, kendali ada pada orang tua.

      Makasih koreksinya, aku kira yang baku jaman, hehe

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW BUKU THE POWER OF DASTER

HADIAH UNTUK RESTU

PILIH PUNYA HUTANG ATAU PIUTANG?