MENUNGGU WAKTU YANG TEPAT BERSEKOLAH DI PAUD

Di zaman sekarang, begitu banyak pilihan sekolah untuk anak usia dini. Mulai dari KB (Kelompok Bermain) untuk anak usia sekitar dua atau tiga tahun, TK (Taman Kanak-Kanak) kelompok A untuk anak usia empat sampai lima tahun, hingga TK (Taman Kanak-Kanak) kelompok B untuk anak usia lima sampai enam tahun.

Pilihan untuk menyekolahkan anak di usia dini memang tergantung orang tua. Ada yang memilih untuk menyelekolahkan anak di usia yang sangat kecil yaitu umur dua atau tiga tahun. Namun, ada pula yang memilih menyekolahkan anaknya menunggu usia lima tahun lebih, dengan tujuan tidak terlalu lama bersekolah di jenjang PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).

Saya pernah membaca sebuah tulisan tentang sekolah untuk anak usia dini. Dalam tulisan tersebut dijelaskan bahwa tidak perlu terlalu awal memasukkan anak ke sekolah, karena tidak sepenuhnya lingkungan sekolah sesuai untuk perkembangan anak itu sendiri.

Contoh kasus bahwa lingkungan sekolah tidak pas untuk perkembangan anak misalnya saat anak "dipaksa" untuk mengalah berbagi mainan atau APE (Alat Permainan Edukatif) di sekolah dengan banyak temannya. Terkadang, kondisi jiwa anak usia balita memang belum sepenuhnya bisa menerima untuk berbagi. Namun, konsekuensi dengan keterbatasan APE dibanding jumlah siswa memgharuskan mereka untuk berbagi.

Memang wajar kejadian seperti itu, namun dalam tulisan tersebut, hal itu akan menjadikan si anak merasa tercabut haknya untuk mempertahankan apa yang dia inginkan. Dampaknya mungkin baru akan terasa ketika anak sudah lebih besar, dia akan takut menyuarakan pendapat atau haknya.

Itu hanya salah satu dari alasan agar tidak menyekolahkan anak terlalu dini. Masih banyak pembahasan dalam tulisan itu, namun tidak saya bahas di sini. Hanya kesimpulannya saja, bahwa lingkungan terbaik untuk anak balita adalah lingkungan rumahnya. Anak-anak harus dididik oleh ibunya sendiri atau keluarganya. Mengenalkan adab-adab pergaulan tanpa memberinya pelajaran yang terlalu berat, seperti baca tulis yang terlalu rumit.

Kembali ke masalah pilihan orang tua untuk menyekolahkan anaknya. Saya pribadi memiliki anak usia empat tahun, namun belum memasukkannya ke sekolah. Selain karena keadaan sekolah PAUD yang kurang memadai (saya tinggal di daerah pegunungan, akses jauh ke sekolah yang sesuai keinginan kami),  saya pun berpikiran sesuai dengan tulisan yang saya baca itu.

Saya berkeinginan untuk "mengajar" anak saya sendiri di rumah. Tentunya dengan kemampuan saya sendiri. Dengan pekerjaan saya sebelumnya yang juga pengajar di sekolah PAUD, saya ingin mempraktekannya sendiri untuk anak saya.

Fakta di lapangan adalah bahwa kebanyakan sekolah SD sudah mengharuskan siswanya untuk bisa membaca. Oleh karenanya, selain mengajarkan hal-hal dasar seperti adab baik dan pengenalan pelajaran seperti saat saya mengajar di TK, saya pun berusaha mengajarkan anak saya agar bisa membaca. Kendala yang dihadapi adalah, anak saya ternyata masih belum mau untuk belajar membaca. Dia sama sekali tidak berminat jika belajar dengan cara yang kaku. Misalnya, dengan duduk diam dan melihat saya menulis di papan tulis, sekalipun diselingi dengan bermain. Kemungkinan, dia tipe anak yang tidak betah duduk di kelas.

Melihat hal itu, saya pun berinisiatif bagaimana mengajarkannya baca tulis. Memang baru sekadar mengenalkan huruf-huruf kepadanya. Saya mencoba mengenalkan huruf yang ada di kemasan jajanan bocah. Ya, namanya anak kecil, dia sangat gemar makan jajanan. Hasilnya pun lumayan bagus, dia cukup antusias menjawab jika saya bertanya, "Mas Hanan, ini huruf apa?" sambil menunjuk tulisan di kemasan itu. Berbeda ketika mengenalkan huruf saat ditulis di papan tulis.

Anak saya memang belum bisa mengenal semua huruf yang ada, namun saya senang dengan kemajuan yang dia tunjukkan. Cara yang saya tempuh ini pun, menurut saya tidak terlalu membebani anak usia dini seperti anak saya. Biarlah di luar sana mungkin sudah banyak anak sesusianya yang sekolah dan mungkin bisa membaca, sedangkan anak saya masih bermain-main di rumah. Namun, yang terpenting bagi saya adalah menumbuhkan minatnya terhadap baca tulis sesuai dengan usia dan kemampuannya.

Selain itu, dari yang saya baca di media sosial, syarat untuk masuk sekolah SD sekarang adalah ketika anak sudah berusia 6,5 atau 7 tahun. Hal itu menambah keyakinan bagi saya untuk menunda  memasukkan anak saya ke sekolah PAUD. Ya, saya akan menunggu waktu yang tepat untuk memasukkan anak saya belajar di sekolah PAUD. Atau mungkin, akan memasukannya langsung ke jenjang SD jika dia sudah siap belajar di lingkungan sekolah formal.

Komentar

  1. Zaman anak2 kita sangat berbeda dg zaman kita dulu y bun. Adakalanya hati ini menjerit karna tidak bisa 100% persen menemani si buah hati.

    BalasHapus
  2. Terimakasih telah berbagi kisah kepada kami.

    BalasHapus
  3. Apapun keputusan orang tua, tentunya sudah dipertimbangkan dulu dan yang terpenting, orang tua terus mengawasi perkembangan anak, tidak sekedar tumbuh besar atau hanya menitipkan pada seseorang saja. Anak adalah amanah dari Allah yang harus di jaga sebaik mungkin. Setuju sama pendapatnya Ummu Hanan. Tos.

    BalasHapus
  4. Orang tua adalah madrasah pertama bagi anak2

    BalasHapus
  5. Biarkan mereka matang sesuai usianya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW BUKU THE POWER OF DASTER

HADIAH UNTUK RESTU

PILIH PUNYA HUTANG ATAU PIUTANG?