LULUS TOILET TRAINING? PASTI ADA WAKTUNYA.

Foto : Google


Tumbuh kembang pada setiap anak --batita maupun balita-- pastilah berbeda-beda. Kemampuan anak dalam hal apa pun,  memiliki waktunya sendiri-sendiri, misalnya saja kemampuan tengkurap,  merangkak,  berdiri,  berjalan, berbicara, dan fase tumbuh gigi.  Bahkan anak yang terlahir dari ibu yang sama pun, tidak menjamin waktu pertumbuhan  yang sama persis.

Memiliki dua anak membuatku bisa menyimpulkan demikian.  Karena anak pertama dan anak ke duaku pun berbeda dalam tumbuh kembangnya. Anak pertamaku bisa tengkurap saat berusia tiga bulan,  sedangkan adiknya setelah berusia empat bulan. Begitu pun kemampuan lain seperti merangkak, berdiri, dan berjalan.  Mereka memiliki perbedaan waktu yang cukup kentara dalam setiap fasenya,  yaitu satu bulan. 

Hal ini tentu wajar karena semua sudah diatur oleh Sang Pemberi Kehidupan. Yang mungkin kita bisa lakukan adalah menstimulus anak-anak untuk setiap fase tumbuh kembangnya. Anak yang sudah cukup umur untuk bisa berdiri namun belum menunjukkan tanda berdiri dengan sempurna,  bisa kita latih terus agar bisa melakukannya.  Tentunya dengan cara yang baik dan tidak membahayakan. Begitu pula untuk kemampuan-kemampuan yang lain.

Omong-omong tentang kemampuan dan tumbuh kembang, ada satu fase yang tidak lepas dari kehidupan anak di awal kehidupannya. Ialah kemampuan untuk bisa buang air besar (BAB) atau buang air kecil (BAK)  secara mandiri. Istilah keren jaman now adalah lulus Toilet Training. 

Sama halnya dengan kemampuan lain,  kemampuan anak untuk bisa lulus toilet training pun berbeda-beda. Dari sebuah cerita yang aku baca di postingan seorang ibu,  bahwa anaknya bisa bilang pipis sendiri ketika berumur 18 bulan. Namun, ada pula cerita lain yang menyebutkan bahwa ada seorang anak yang ketika sudah masuk usia hampir menginjak 4 tahun pun masih belum lepas diapers.

Hal ini mungkin tergantung stimulus orang tua terhadap anak. Orang tua yang dengan rajin menstimulasi dengan telaten menatur anaknya, akan lebih awal berhasil dalam toilet training.  Namun,  orang tua yang enggan melatih dan lebih sering memakaikan pospak tentu akan mengalami kesulitan memperhatikan jadwal pipis anak,  sehingga toilet training pun tertunda keberhasilannya. 

Tentunya tidak semua keadaan seperti itu,  bisa jadi kegagalan toilet training bisa disebabkan faktor lain.  Sebagai contoh adalah anak-anakku sendiri. Anak pertamaku lulus toilet training saat umur 2 tahun 4 bulan. Itu pun terkadang masih mengompol atau pipis dengan membuka atau melepas celananya namun di sembarang tempat bukan di toilet. Padahal anakku tidak aku pakaikan diapers mulai umur 1 tahun. Mendekati usia 2 tahun ketika anak sudah mulai diajak berbicara dua arah,  aku rajin menaturnya,  menanyakan apakah dia ingin pipis atau tidak, membawanya ke toilet beberapaa menit sekali,  dan lain sebagainya.  Tetapi ternyata, anakku baru bisa bilang pipis ketika melihat anak yang usianya lebih tua darinya sedang pipis.  Dia meniru apa yang dilihatnya,  sehingga lama kelamaan dia pun bisa bilang pipis ketika ingin BAK. 

Lain halnya dengan anak ke duaku.  Di usianya yang baru 2 tahun 2 bulan, dia sudah bisa melepas celana sendiri ketika ingin BAK. Bahkan beberapa hari terakhir dia sudah bisa bilang pipis dan menuju toilet sendiri ketika hendak BAK. Padahal,  aku sendiri jarang melatih atau menaturnya. 

Faktor penyebab perbedaan lulusnya toilet training anak-anakku pun mungkin karena intensitas pipis mereka yang berbeda. Teringat dulu ketika anak pertamaku yang waktu pipisnya sangat tidak beraturan. Terkadang hanya berjeda 5 menit atau 10 menit dia sudah kembali BAK dari BAK yang sebelumnya. Namun kemudian jedanya bertambah menjadi setengah jam. Kebiasaannya minum dalam jumlah banyak pun mempengaruhi volume pipisnya.  Sering dan tidak beraturan,  begitu aku menyebutnya. Berbeda dengan anak ke dua yang intensitas pipisnya sangat jarang.  Dalam satu hari,  bisa dihitung dia BAK berapa kali.  Jeda antara pipis pun lumayan lama,  sekitar dua jam. 

Begitulah, tumbuh kembang anak memang berbeda,  termasuk kemampuan toilet training. Namun,  bisa disimpulkan rata-rata anak kecil bisa bilang pipis secara mandiri adalah saat usianya menginjak 2 tahun ke atas. Sebagai orang tua yang ingin anaknya lulus toilet training lebih awal tentu saja dengan tetap melatihnya secara teratur. Jika hasilnya pun tidak sesuai harapan,  paling tidak kita sudah mengetahui jadwal pipis anak.  

Toilet training memang proses yang lumayan panjang.  Butuh ketelatenan dan kesabaran dari seorang ibu ketika melatih anaknya. Tetapi, kembali lagi,  semua fase pertumbuhan anak memiliki waktunya sendiri-sendiri. Lambat atau cepatnya toilet training hanya soal waktu.  Dan, seorang ibu harus yakin bahwa anaknya pasti bisa! 



Komentar

  1. Wah, ilmu banget nih untuk saya. Di sekolahan masih membelajari anak untuk toilet training 🤗

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADIAH UNTUK RESTU

PILIH PUNYA HUTANG ATAU PIUTANG?

Ipsach, Desa Tenang dan Hi-Tech di Swiss