BIOGRAFI - RIANA, Sang Pahlawan Devisa.

Riana, terlahir di kota telur asin pada tanggal 11 November 1986. Ia adalah sulung dari tiga bersaudara. Keadaan ekonomi keluarga yang sederhana membuatnya hanya bisa mengenyam pendidikan sampai di tingkat Sekolah Menengah Pertama. SMP Negeri 1 Larangan menjadi almamaternya. Ia pun harus ikhlas mengubur paksa cita-citanya untuk menjadi seorang Dokter. Hingga waktu dan keadaan membawanya pada keputusan untuk menjadi seorang Tenaga Kerja Wanita di usia yang masih sangat muda.

Seorang single parent yang tangguh, dengan tiga putri sebagai belahan jiwa. Mereka adalah Chaesya Bunga Widyana berusia 12 tahun, Kaeyla Dwi Reviana berusia 8 tahun, dan Wulan Tri Salvina Fatiya 19 bulan. Putri ke tiganya yaitu Wulan,  adalah seorang anak special penyandang Down Syndrom.

Perempuan asli Brebes ini sudah kenyang wara-wiri di negeri orang. Hampir sepuluh tahun Ia menjejakkan kaki di Singapura dan Taiwan, sebagai seorang pahlawan devisa. Penguasaannya pada Bahasa Mandarin membuatnya pernah menjadi staff pengajar bahasa tersebut di perusahaan penyalur tenaga kerja yang ada di daerah Brebes. Kini ia menjalani profesinya sebagai perawat lansia di Taichung, Taiwan. Berjuang untuk membahagiakan kedua orangtua dan anak-anaknya.

Putri dari pasangan Wahadi dan Suharti ini mempunyai hobi menulis, selain memasak dan kuliner. Ia mulai gemar menulis sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, meski hanya di buku harian. Saat menjadi Tenaga Kerja di Taiwan inilah ia bisa mencurahkan segala resah melalui goresan pena. Ia diperkenalkan dengan komunitas menulis di Taiwan yaitu KPKers Taiwan, dan sempat menjadi bagian dari Save BMI di Taiwan yaitu sebuah komunitas memanusiakan manusia.

Penyuka semur jengkol ini mulai unjuk gigi dalam dunia literasi sejak bergabung dalam KPKers Taiwan tahun 2016. Buku antologi Langkah Kedua menjadi karya perdananya. Sederet prestasi lain pun menyusulnya. Cerpen yang Ia tulis masuk  9 besar dalam event yang diadakan oleh PCI Muhammadiyah Taipei. Ada pula yang menjadi juara 2 event KPKers Taiwan tema Surat Buat Ayah. Puisi yang Ia tulis pun menjadi puisi terbaik dalam event KPKers Taiwan.

Dalam satu tahun terakhir, tiga kali Ia diwawanca di stasiun radio RRI mengulas cerpen yang Ia tulis dan dibacakan oleh VOIRI (Voice of Indonesia) dalam program Guratan Pena. Sebuah program radio khusus WNI di negara asing yang meliputi 8 negara.

Buku antologinya yang lain berjudul Resah Perempuan juga masih dalam proses,  yaitu kumpulan cerita yang Ia tulis sendiri. Begitu pula proyek antologinya bersama RWC ODOP 2019, yang masih dalam proses.

Dalam hal menulis, Riana lebih tertarik dalam fiksi realis,  fiksi yang ia gubah berdasarkan kisah nyata. Moto hidup yang Ia punyai adalah,  "Hidup terus berputar layaknya kopi yang kuseduh tiap pagi, hingga aku benar-benar menemukan manis yang akan kunikmati hingga kelak kita sampai pada titik yang telah Allah tentukan yaitu kematian. Menurutku, kesengsaraan dalam kemiskinan bukanlah beban terberat dalam hidup. Namun ketika aku tidak mampu bangkit dari tidurku untuk memenuhi panggilan-Nya yaitu rukun Islam kedua".

Riana,  seorang wanita tangguh dengan segala tanggung jawabnya. Namun, tetap produktif menghasilkan karya di tengah kesibukannya.  Semangat berjuang Bunda hebat,  semoga lelahmu mendapat keberkahan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADIAH UNTUK RESTU

PILIH PUNYA HUTANG ATAU PIUTANG?

Ipsach, Desa Tenang dan Hi-Tech di Swiss