PENDIDIKAN DENGAN PEMBIASAAN DI USIA EMAS

Foto : Pixabay

Anak adalah peniru yang ulung. Mereka akan dengan mudah meniru apa yang orang tua lakukan dan ucapkan. Fase meniru ini terjadi di usia Golden Age, yaitu usia 1 hingga 3 tahun. Namun,  mencapai puncaknya ketika berusia 2 tahun, yaitu saat anak mulai belajar berbicara.   Maka,  sudah sepantasnya kita sebagai orang tua harus memperhatikan apa yang kita lakukan dan ucapkan di depan anak-anak.  

Saat anak mulai bisa berbicara, kita hendaknya berbicara yang baik-baik.  Pemilihan kata adalah hal yang wajib kita perhatikan.  Ketika orang tua mengucapkan kata-kata kotor, maka besar kemungkinan anak-anak akan merekam di memori otaknya,  sehingga bukan hal yang mustahil mereka akan mengucapkannya di kemudian hari.  Begitupun sebaliknya,  ketika ucapan lemah lembut dan sopan santunlah yang terlontar dari mulut orang tua, anak-anak akan terbiasa untuk bersikap dan bertutur demikian. 

Tayangan televisi maupun audio yang terbiasa mereka dengar,  tak luput untuk mereka tiru. Penting bagi orang tua untuk memilihkan tayangan dan audio yang baik bagi anak.  Anak-anak yang terbiasa mendengar musik yang tidak sesuai dengan usianya, sebut saja musik dangdut,  maka mereka akan terbiasa dengannya.  Mereka pun akan dengan mudah menghafal apa yang didengar.  Sungguh,  suatu hal yang tidak boleh terjadi jika anak-anak lebih familiar dengan musik yang notabene tidak bermanfaat bagi mereka sama sekali.  

Setiap orang tua, tentunya lebih condong memilihkan kebaikan kepada anak. Video dan audio yang baik seperti video murotal Al Quran bisa menjadi pilihan bagi para orang tua untuk diperlihatkan dan diperdengarkan kepada anak-anak. Hal ini bisa menjadi salah satu ikhtiar agar anak terbiasa dengan ayat-ayat Al Quran agar mereka bisa menghafalnya di usia dini. Karena,  seperti yang sudah dijelaskan,  usia balita adalah usia emas bagi anak-anak dalam meniru. 

Sebagai ibu dua orang anak,  saya pun berusaha memanfaatkan momen Golden Age anak ini untuk membiasakan hal baik di rumah. Saya dan suami berusaha untuk memperlihatkan kebiasaan baik,  yaitu membiasakan sholat tepat waktu. Misalnya,  ketika sudah terdengar adzan Maghrib ,  maka suami bergegas mengajak anak sulung kami yang laki-laki berusia 4 tahun untuk berwudhu dan berangkat ke masjid untuk melakukan sholat. Tak jarang,  anak ke dua yang berjenis kelamin perempuan,  ingin turut serta bersama ayah dan kakaknya ke masjid.  Saat itulah saya memberi pengertian kepadanya,  bahwa perempuan lebih baik sholat di rumah. Saya pun mengajaknya melaksanakan ritual sholat di rumah,  berharap agar ia melihat dan merekam kebiasaan baik ini.  

Kebiasaan meniru saat momen Golden Age ini sangat terlihat efeknya ketika kita mengajari anak-anak melalui pembiasaan.  Anak sulung saya adalah tipe yang tidak betah duduk berlama-lama untuk belajar.  Ketika saya berusaha mengajarinya hafalan surat-surat pendek Al Quran atau doa-doa harian dengan cara biasa (duduk berhadapan) ,  ia tidak begitu respect.  Namun,  ketika saya mengajarinya sambil bermain dan mempraktekannya langsung,  hasilnya jauh lebih baik. 

Mengajarkan doa mau makan misalnya, saya akan mengucapkan doa tersebut ketika kami sudah bersiap menyantap makanan. Ketika mengajarkan doa bangun tidur,  saya akan mengucapkannya di telinga anak-anak ketika melihat mereka membuka mata di pagi hari.  Begitu pun ketika mengajari anak  doa masuk ke kamar mandi,  saat berjalan ke kamar mandi,  saya melafalkan doa tersebut dan membimbing anak-anak untuk menirunya. 

Pendidikan dengan pembiasaan, itulah yang berusaha saya terapkan. Apa yang anak-anak dengar dan lihat,  akan mereka tiru dengan sendirinya. Anak kedua yang baru berusia dua tahun pun sudah hafal beberapa doa harian  karena terbiasa mendengar apa yang saya ucapkan bersama kakaknya.  

Memang, dalam pelaksanaannya masih belum perfect seperti yang diharapkan.  Adakalanya anak meniru ucapan yang tidak baik karena mendengar dari lingkungan sekitar. Meniru apa yang teman-teman mereka --yang usianya lebih tua-- ucapkan. Lagu-lagu dewasa yang sedang viral dan trend di masyarakat,  terkadang mereka masih menirunya. 

Menyadari hal itu,  saya sebagai orang tua, berusaha memberi pengertian kepada anak-anak, memberi tahu mereka mana hal yang baik atau buruk.  Tidak semua yang mereka dengar itu baik. Saya pun menjelaskan kepada mereka dengan bahasa yang mudah dipahami,  bahwa perkataan buruk tidak boleh diucapkan.

Golden Age,  waktu yang tidak akan mungkin terulang dalam fase tumbuh kembang anak.  Manfaatkan waktu emas ini untuk mengajarkan kebaikan kepada mereka. Perlihatkan dan perdengarkan hal baik kepada mereka demi terciptanya generasi berakhlakul karimah. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW BUKU THE POWER OF DASTER

HADIAH UNTUK RESTU

PILIH PUNYA HUTANG ATAU PIUTANG?