MENYEPELEKAN HUTANG?

Foto : Google 

Tempo hari aku bertemu kawan lama. Sudah lebih dari setahun mungkin kami tidak bertemu. Memang susah sekali rasanya bisa bertemu dengan kawan-kawan yang dulu sering menghabiskan waktu bersama. Kini,  dengan kesibukan masing-masing dan segala kondisinya sebagai ibu rumah tangga membuat kami jarang bertatap muka.  

Singkat cerita kami ber-say hello karena secara tak sengaja bertemu. Namanya juga ibu rumah tangga, emak-emak,  kalau bertemu teman pasti lumayan banyak yang dibicirakan. Pertemuan ini pun mau tidak mau mendorongku untuk berkata kepadanya, bahwa suaminya yang juga mengenalku mempunyai kewajiban yang belum dibayar.  Memang sedikit kurang sopan,  tapi apa boleh buat.  Mumpung sedang bertemu,  pikirku. Sebuah kewajiban juga sebagai seorang muslim untuk menagih hutangnya, kan?  

Mendengar hal itu,  kawanku pun kaget.  Padahal yang aku tahu dia pun mengetahui hal ini.  Dulu pernah menagih hutang suaminya melalui nomor ponselnya juga. 

Bukan tanpa alasan aku menagihnya secara spontan seperti itu. Karena,  sudah bekali-kali aku menagih melalui ruang chatting.  Namun,  apa yang terjadi?  Alasan demi alasan menjadi senjata untuk selalu mengulur waktu untuk bisa membayar hutangnya. Hingga hampir satu setengah tahun dari ikrar hutang itu terucap.  

Entah,  caraku kali ini pun, membuatku tidak begitu yakin bahwa dia akan membayar hutangnya. Paling tidak aku sudah mengingatkannya kembali,  mungkin juga ini yang terakhir kali.  Karena jujur,  aku sudah bosan dan sedikit menyerah jika masih harus menagih hutang. 

Ceritaku ini bukan untuk membuka aib seseorang, namun lebih bertujuan agar dapat diambil pelajaran darinya. 

Di dalam hidup ini,  memang ada sebagian orang yang terkesan menyepelekan masalah hutang ini.  Terkadang ketika akan meminjam uang,  atau membeli barang dan tidak langsung membayarnya,  orang akan dengan enteng melakukannya.  Namun,  ketika ditagih akan kewajibannya, berbagai alasan diucapkan untuk mengundur pembayarannya. Satu kali,  dua kali,  atau tiga kali alasan mungkin masih bisa diterima, barangkali memang belum mempunyai uang untuk mengembalikannya.  Namun,  jika setiap kali ditagih hingga waktu yang lama masih tetap beralasan, apakah itu wajar?  Apalagi jika tidak menunjukkan itikad baik hendak membayarnya. 

Jika sudah demikian,  kebanyakan orang bersikap yang bersikap seperti itu akan lupa terhadap hutangnya.  Awalnya menyepelekan,  justru lupa di kemudian hari. 

Benarlah sabda Rasulullah,

"Sesungguhnya apabila seseorang terlilit hutang maka bila berbicaraia akan berdusta dan bila berjanji ia akan mengingkari" (HR. Bukhari dan Muslim)

Padahal urusan hutang adalah perkara yang berat,  seperti dalam hadits Rasulullah yang lain,

ﺃَﻳُّﻤَﺎ ﺭَﺟُﻞٍ ﻳَﺪَﻳَّﻦُ ﺩَﻳْﻨًﺎ ﻭَﻫُﻮَ ﻣُﺠْﻤِﻊٌ ﺃَﻥْ ﻻَ ﻳُﻮَﻓِّﻴَﻪُ ﺇِﻳَّﺎﻩُ ﻟَﻘِﻰَ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺳَﺎﺭِﻗًﺎ

Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri.”(HR.  Ibnu Majah) 

Hadits mengutip di muslim.or.id

Sebenarnya hutang itu boleh-boleh saja, tapi mesti ada ada syaratnya. Seperti kata Ustadz Raehanul Bahrain dalam tulisannya, "Jangan bermudah-mudahan dalam berhutang". Sebisa mungkin, hutang adalah jalan terakhir ketika tidak ada solusi.  Bukan malah mengandalkan hutang dan sengaja berhutang ketika kita jelas-jelas bisa cash di awal. Dan, bagi seorang muslim pun ada doa untuk terhindar dari hutang. 

Kalau boleh memilih, mungkin kebanyakan orang memilih untuk tidak mempunyai hutang. Tetapi, terkadang keadaan membuat kita tak bisa  menghindarinya.  Ketika berhutang,  niatkan pula agar kita akan membayarnya,  melunasi kewajibaan kita.

Menunda membayar hutang hanya akan menjadi penyebab tertundanya rezeki. Karena bukan tidak mungkin orang yang meminjamkan uangnya pun mempunyai kebutuhan lain. Kalau sebagai orang yang meminjam, tidak mau mengembalikan entah itu karena lupa --kebanyakan pura-pura lupa-- atau sudah berjanji tapi selalu ingkar, itu berarti sudah berbuat tidak adil terhadap orang lain.

Bijaklah dalam berhutang. Bayarlah hutang yang kita punyai . Semoga Allah memberi jalan rezeki ketika ada keniatan untuk melunasi hutang. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW BUKU THE POWER OF DASTER

HADIAH UNTUK RESTU

PILIH PUNYA HUTANG ATAU PIUTANG?