BOLEHKAH IBU MARAH?


Flyer Kulwap Bedah Buku Don't Be Angry,  Mom

Setiap orang pasti pernah marah.  Begitu pun dengan seorang ibu.  Siapa yang biasanya dimarahi oleh ibu?  Ya,  sudah pasti anaknya. Banyak ibu yang memarahi anaknya karena berbagai alasan.  Entah itu anak rewel,  anak nangis, anak bandel,  dan sebagainya. 


Saya yang seorang ibu dua orang balita dengan usia cukup dekat menyadari,  betapa sering saya meluapkan emosi dengan kemarahan. Alasan kemarahan biasanya karena kejailan si kakak kepada adiknya.  Sulit sekali mengontrol kemarahan,  ketika melihat si kakak menyiram air kepada adiknya atau memukulnya. 

Banyak artikel tentang parenting yang sudah saya baca tentang mengotrol emosi terhadap anak. Namun,  tetap saja sulit sekali menahan nada tinggi meluncur dari mulut kala emosi menyerang.  Kemarin pun saya mengikuti kuliah Whats'App Bedah Buku Don't Be Angry, Mom karya dr.  Nurul Afifah sebagai upaya belajar untuk mengetahui apa sih sebenarnya yang terjadi ketika ibu marah kepada anaknya.  Dari kulwap itu saya mendapatkan ilmu,  bahwa marah adalah manusiawi.  Yang tidak baik adalah menjadi seorang pemarah.  

Dalam kulwap tersebut dijelaskan bahwa,  Bolehkah seorang ibu marah? Secara fitrah, marah boleh saja karena sesuatu yang lumrah. Marah yang tidak diperbolehkan yaitu seperti mengancam, berteriak, membentak, memukul dan sebagainya. Marah yang diperbolehkan adalah marah yang dibingkai dengan syariah dan sunah yang berlangsung sebentar dan tidak berkelanjutan. Jadi, marah itu boleh, tapi gemar marah-marah jelas tidak boleh.

Marah atau tingkat emosional sendiri ada tiga tingkatan,  yaitu:
1. Sabar
2. Kadang-kadang marah
3. Pemarah

Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda :
"Ketahuilah! Sesungguhnya amarah itu bara api di hati anak cucu Adam. Bukankah kalian melihat dua mata (orang marah) memerah dan urat-urat lehernya membesar," (HR. Tirmidzi).

Masih mengutip dari materi kulwap tersebut, bahwa ketika marah, timbul rasa penyesalan, kasihan sehingga membuat rekonsiliasi, misalnya menghibur dan meminta maaf pada anak yang tadi dimarahi. Berbeda dengan si pemarah, benar atau salah dapat menjadi sumber amarah.

Bagian yang menjadi salah satu sentilan untuk saya dalam kulwap tersebut adalah tentang anjura menyalurkan marah dengan benar. Perlakukan anak-anak dengan ketulusan dan kelembutan karena hal itu sangat berpengaruh pada perilaku mereka kelak ketika dewasa.

Dalam hadits Rasul dijelaskan cara mengontrol emosi yang benar.  Yaitu,  ketika kita marah dalam keadaan berdiri,  maka dianjurkan untuk duduk.  Jika sudah dalam keadaan duduk namun masih tetap marah,  maka dianjurkan untuk berbaring.  Jika sudah berbaring namun masih marah,  maka marah dapat dipadamkan dengan berwudhu. 

Selama ini seringkali berteriak kepada anak ketika tidak suka dengan ulahnya. Saya sendiri sadar bahwa itu hal yang sangat tidak baik. Marah-menyesal,  marah-menyesal,  begitu seterusnya. 

Padahal,  dengan marah pun sebenarnya tidak menyelesaikan masalah.  Alih-alih anak menjadi penurut dan menghentikan aktifitasnya, mereka justru sebaliknya, tetap melanjutkan aktifitasnya yang telah kita larang.  Bahkan,  ada pula anak yang menjadi pembangkang atau menjadi ikut-ikutan marah tak terkendali.

Sungguh,  betapa menjadi ibu adalah perjuangan yang berat. Namun,  banyak pula ladang pahala yang didapat dengan gelar ibu. Pilihan ada pada diri kita sendiri,  apakah menjadi ibu yang penyayang atau pemarah.  

Marah memang manusiawi,  tapi bersabar adalah upaya yang dapat kita lakukan terus menerus untuk yang mendatangkan kabaikan. Semoga dengan terus berlatih untuk bersabar, kebiasaan marah pun dapat ditepis.  

Menulis sebagai pengingat diri sendiri.

Pemalang,  29 Maret 2020.


Komentar

  1. Masih harus banyak belajar mengendalikan diri nih mba akunya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama Mba, aku juga masih berjuang untuk menjadi ibu yaang penyabar

      Hapus
  2. Benar bangat mbak. Jadi ibu adalah perjuangan yang berat.

    Saya klo marah seringnya diam. Tapi kadang juga cerewet, tapi anak anak tetap lengket. Setelah itu ada rasa sedih dan menyesal.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADIAH UNTUK RESTU

BERBAGI ITU INDAH

PILIH PUNYA HUTANG ATAU PIUTANG?