TURUNKAN STANDAR IDEALISME AGAR TETAP WARAS

Foto : Pixabay

Sebagai ibu,  tentunya kita ingin agar anak-anak menurut ajakan kita. Misalnya saja, saat jam makan tiba, maka kita menginginkan agar anak makan bersama kita.  Atau, ketika waktu mandi telah tiba,  kita pun menginginkan agar anak segera mandi.  Begitu pula saat mengajak anak belajar, keinginan agar anak serta merta belajar seperti mau kita,  pasti menjadi hal yang lumrah.  

Namun,  terkadang setiap keinginan belum tentu akan terlaksana seperti yang dibayangkan.  Adakalanya anak ogah-ogahan membuka mulut untuk menelan makanan.  Sering pula anak tetap asyik bermain saat air untuk mandi sudah siap. Bahkan sering kali alat belajar yang telah kita siapkan hanya dipegang atau diperhatikan sebentar saja,  untuk kemudian memilih aktivitas lain. Begitulah realita yang kadang tidak sesuai dengan ekspektasi. 

Keadaan yang berbanding terbalik dengan rencana,  sedikit banyak pasti mempengaruhi mood kita sebagai ibu. Tak jarang,  emosilah yang muncul ketika menghadapi keadaan tersebut. Sabar yang seharusnya dikedepankan,  terkadang timbul tenggelam mengikuti suasana hati yang terlanjur berubah. 

Kalau sudah seperti itu, apa yang harus kita lakukan? Jawabannya sangat mudah.  Yaitu, turunkan standar idealisme kita sebagai seorang ibu.  

Bagaimanakah maksudnya? 
Foto : Pixabay


Contoh kasus misalnya saat anak tidak mau makan.  Sebagai ibu dengan standar idealisme tinggi, kita akan membujuk anak untuk mau makan saat itu juga.  Tidak peduli anak menolaknya,  kita akan tetap menyuruh agar anak mau makan.  Bisa jadi nantinya anak nangis,  kita juga kesal.  Gagal semuanya. 

Berbeda jika kita menurunkan standar idealisme. Ketika anak tetap tidak mau makan, padahal kita sudah membujuknya sebisa mungkin, anggap saja memang anak belum lapar.  Mungkin anak akan mau makan sesuai keinginannya beberapa menit kemudian. Suasana kacau,  drama memaksa anak pun akan bisa dihindari. 

Contoh lain misalnya saat anak belum mau mandi. Pengalaman saya sendiri dulu yang sangat idealis dan perfeksionis, saya selalu menginginkan anak mandi tepat waktu.  Bagaimanpun caranya, anak saya harus mandi sore sebelum adzan Ashar berkumandang.  Namun,  sering kali ketika adzan sudah hampir setengah jam berlalu, tapi anak belum mau mandi,  saya akan tergesa-gesa meminta mereka untuk mandi.  Ketika mereka tidak menurut, biasanya nada tinggi pun keluar mengiringi aktivitas mandi anak. Tak ketinggalan suara tangis mereka. 

Berbeda ketika saya menurunkan idealisme. Ketika anak belum mau mandi sore,  saya akan membiarkan mereka dengan mainannya.  Saat itulah saya sendiri akan mandi dan salat Ashar,  biasanya ketika melihat ibunya sudah mandi,  mereka pun akan dengan sendirinya meminta mandi.  

Contoh ke tiga misalnya saat anak tidak mau belajar padahal kita telah menyiapkan media belajar. Standar idealisme tinggi agar anak menuruti keinginan kita, bisa diturunkan. Yaitu menuruti aktivitas apa yang mereka inginkan terlebih dahulu, baru kemudian menuntun mereka mengerjakan apa yang sudah kita rencanakan untuk aktivitas belajar mereka.  

Ketiga contoh di atas mungkin terlalu subjektif sesuai apa yang saya alami.  Namun,  percayalah bahwa ketika kita memaksakan kehendak agar segala sesuatu terjadi sesuai keinginan,  maka kita akan merasa sangat kecewa dan tidak sabar jika yang terjadi justru sebaliknya. Namun,  ketika kita melakukan segala sesuatu  fleksibel namun tetap terarah, Insyaa Allah kita akan merasa plong dan tanpa beban menjalani aktivitas.  Terutama urusan mengasuh anak ini.

Banyak ungkapan,  jika ibu ingin waras maka sering-seringlah piknik atau semacamnya.  Ungkapan yang tidak salah,  tapi juga tidak seratus persen benar.  Karena kewarasan itu yang menciptakan kita sendiri.  Bagaimana menjaga kewarasan dengan menurunkan standar idealisme agar tetap keep calm dan slowdown dalam beraktivitas sebagai ibu rumah tangga.  

Pengingat untuk diri saya sendiri.
Pemalang,  12 April 2020. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW BUKU THE POWER OF DASTER

HADIAH UNTUK RESTU

PILIH PUNYA HUTANG ATAU PIUTANG?