SETIAP ANAK PUNYA KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MASING-MASING

Foto : Pixabay

Sudah lebih dari satu minggu ini,  saya mengikuti grup @binar_bermainbelajar. Grup bagi para ibu yang konsisten menemani anak bermain. Namun,  bukan sekadar bermain tapi memberikan permainan eedikatif kepada anak-anaknya.  Bermain dan belajar, belajar dan bermain. 

Niat awal saya ikut grup ini adalah untuk mendapatkan ide main apa saja yang bisa diberikan kepada dua anak saya.  Hanan yang berusia 4 tahun 9 bulan, dan Nada yang berusia 2 tahun 7 bulan. Jujur saja,  kadang saya merasa buntu ide untuk memberikan permainan apa kepada mereka. Ada saja kendala untuk bermain bermakna dengan mereka.  Penyebab terbesarnya memang saya sendiri sebagai ibu yang kurang kreatif.

Bersyukur sekali saya bisa bergabung dengan grup ini.  Saya jadi bisa meniru ide-ide main apa saja yang dilakukan oleh bunda di @binar_bermainbelajar lainnya. Rasa malas untuk "mengeksekusi" permainan pun sedikit terkikis.  Saya menjadi semangat untuk melakukan permainan bersama kedua anak saya.  Ya,  karena di @binar_bermainbelajar ada challange harian yang mesti disetorkan.

Namun, memang tidak semua yang kita rencanakan kadang bisa dilaksanakan. Seperti yang saya alami sekarang. Ketika saya sudah semangat menyiapkan "proyek" main untuk anak,  kadang ada saja hal yang membuat permainan gagal.  Misalnya saja ketika saya memilihkan aktivitas mewarnai atau menebalkan huruf, anak saya justru mogok dan tidak mau menyelesaikan "tugas"nya. 

Perasaan greget dan semacamnya tentu ada. Terkadang merasa iri kepada bunda lain yang berhasil bermain dengan anaknya dengan hasil yang bagus.  Namun,  tak jarang perasaan bersalah yang saya rasakan, barangkali memang saya kurang "pas" dalam memberikan arahan,  sehingga anak menjadi malas. 

Pertanyaan "bagian mana yang salah,  apakah saya yang terlalu menuntut anak,  atau memang anak saya yang malas" pun menari-nari di pikiran saya.  

Di saat pertanyaan itu muncul,  tak sengaja pula saya melihat WA Story seorang teman.  Teman tersebut menshare kegiatan anaknya yang sedang menulis dengan lancarnya.  Usia anakya tak berbeda jauh dari usia anak saya. Berbeda sekali dengan anak saya yang masih ogah-ogahan dalam menulis atau mewarnai.  

Sedikit tertarik saya pun berkomentar, [Wah,  hebat,  kalau anakku masih males disuruh nulis.]

Tak lama, teman saya itu menjawab, [Anak saya udah suka pensil dan buku dari usia 2 tahun.  Tapi dia kurang aktif,  nggak kaya anamu.]

Saya kembali membalas, [Iya, ya.  Mungkin kebalikannya sama anakku.  Kalau anakku masih belum tertarik banget buat nulis dan mewarnai.]

[Ya,  setiap anak kan punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.]

Seketika saya pun tersadar kembali. Memgingat prinsip yang dari dulu sudah saya terapkan untuk diri sendiri.  Bahwa tidak perlu membandingkan anak satu dan yang lainnya. Karena setiap anak pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. 

Saya pun merenung,  anak saya mungkin belum menonjol dalam motorik halusnya,  tetapi pasti dia punya kelebihan di bagian tumbuh kembang yang lain. Dan,  saya pun cukup bahagia ketika menyadari bahwa anak saya sudah bisa diajak belajar mandiri di usianya yang belum genap lima tahun.  Saya bahagia ketika dia sudah bisa belajar mandi sendiri, makan sendiri, memakai baju sendiri,  dan bisa membuat minumannya sendiri.  Mungkin saja kan,  ada anak seusinya namun belum bisa mengerjakan itu semua? 

Kembali lagi,  setiap anak punya kelebujhan dan kekurangan masing-masing.  Membandingkan kemampuan anak dengan anak lain,  pasti akan menimbulkan ketidaakpuasan bagi diri sendiri. Karena, manusia itu seringkali melihat ke atas,  bukan ke bawah. 

Tulisan untuk pengingat diri saya sendiri.  
Sabtu 18 April 2020. Pukul 23.31 

Komentar

  1. So. Inspiring. Terimakasih mba sharingnya. Bermanfaat banget buat aku yg baru ngerasain jadi ibu

    BalasHapus
  2. Ini sih, mungkin kalau anak lelah, istirahat dulu

    BalasHapus
  3. Betul betul betul. Setiap anak punya keunikan juga kekurangan yang mungkin bakal menjadi kelebihannya. Semangat!

    BalasHapus
  4. aku sebagai anak...sering buat pilihan sendiri...dan Alhamdulillah orang tua mendukung...selagi itu baik dan benar

    BalasHapus
  5. Setuju, memang setiap anak unik dan memiliki kecerdasan yg berbeda satu sama lainnya..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW BUKU THE POWER OF DASTER

HADIAH UNTUK RESTU

PILIH PUNYA HUTANG ATAU PIUTANG?