BIJAKLAH DALAM BERMEDSOS

Foto : Pixabay

Beberapa hari yang lalu saya melihat berita di salah satu TV nasional, tentang ditangkapnya seorang wanita karena telah menghina seorang Walikota di kota besar di Indonesia melalui akun medsosnya.  Saya sendiri tidak terlalu mengerti kasus yang mungkin sedang viral beberapa waktu ini. Pun dengan ungkapan yang diungkapkan wanita tersebut,  saya tidak mengetahuinya secara jelas. Secara tidak sengaja melihat potongan berita yang bagi saya cukup membuat miris.  Bagaimana tidak,  hanya dengan kata-kata yang tertulis di akun pribadi,  bisa membawa seseorang ke dalam bui.

Lebih miris lagi,  ternyata wanita tersebut memiliki anak yang masih balita.  Sungguh, perbuatan yang membuat kerugian besar pada diri sendiri.  Dibui, merasa malu,  dan berpisah dengan anak yang masih kecil.  Sebagai sesama ibu,  saya tahu rasanya berpisah dengan anak. Tentu saja sangat membuat sedih, apa lagi dalam waktu yang cukup lama. 

Saya tidak akan membahas kasus ini lebih jauh mengenai pro dan kontranya. Apakah saya mendukung wanita tersebut ataukah menolak apa yang diunggahnya. Hanya saja saya berkesimpulan, bahwa sudah pasti kata-kata tersebut memang sudah melebihi “batas”, sehingga bisa masuk ke ranah hukum.  Dan itu membuat saya mengambil hikmahnya,  bahwa segala yang sesuatu yang kita perbuat akan mendapat konsekuensi, sekalipun itu hanya tulisan.

Ada lagi satu contoh miris tentang status yang membuat saya bergidik dan mengelus dada.  Beberapa hari yang lalu saya melihat foto yang diunggah teman  di dunia maya.  Foto berupa screen shoot story WA percakapan suaminya dengan selingkuhannya. Dalam foto tersebut jelas terlihat percakapan yang membuat jantung melonjat karena shock. Percakapaan tentang pengguguran kandungan,  tentang perzinaan dari dua orang yang sama-sama mempunyai pasangan.  Dalam caption foto tersebut, teman di dunia maya itu menulis,  “Ternyata ini penyebabnya kenapa hati saya tiba-tiba sakit”.

Dalam kolom komentarnya, saya melihat banyak yang bersimpati,  ada juga yang menasehati agar tidak membuka aib.  Bagi sebagian besar orang yang melihat status tersebut,  mungkin tak habis pikir,  kenapa sampai tidak ada rasa malu mengunggah persoalan pribadi rumah tangganya. Itulah dunia maya dengan segala watak penggunanya.  Ada orang yang begitu hati-hati mengupdate status,  namun tak sedikit yang jor-joran membagi apa yang dialaminya.

Dalam dua contoh kasus ini menunjukkan bahwa tidak semua orang bisa bijak menggunakan medsos. Bisa dipastikan mereka seperti  baru menemukan mainan barunya. Semua hal yang dialami akan dibagikan,  tak peduli baik atau buruk.

Dalam dua contoh kasus ini pun, pelakunya adalah wanita.  Itu menunjukkan bahwa wanita adalah yang paling susah mengontrol ucapannya. Memang sudah menjadi tabiat wanita yang banyak bicara,  namun ada baiknya agar belajar mengontrol diri. Belajar memilih kata agar tidak berakibat buruk terhadap diri sendiri apalagi orang lain. 
Wanita atau ibu adalah contoh bagi anak-anaknya.  Segala yang dilakukan dan dikatakan seorang ibu cenderung akan ditiru oleh mereka. Maka sudah sepantasnya bagi seorang ibu untuk selalu berusaha berkata dan berbuat baik.  Agar menjadi contoh yang baik pula bagi anak-anaknya. 

Begitu pula dengan status di media sosial.  Status adalah cerminan diri seseorang. Status tak ada beda dengan ucapan kita.  Semua orang bisa menilai hidup seseorang dari statusnya.  Walaupun, tentu tidak semuanya seperti itu. Kebebasan dalam bermedsos adalah hak setiap orang,  namun bijak bermedsos adalah pilihan dan keharusan demi menyelamatkan diri sendiri. 

Sebagai pengingat untuk selalu menjaga lisan, saya kutipkan Hadits Rasul berikut. 

أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ

“Jagalah lisanmu, hendaklah rumahmu membuatmu merasa lapang (artinya: betahlah untuk tinggal di rumah), dan menangislah karena dosa-dosamu.” (HR. Tirmidzi no. 2406, shahih)

Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya no. 6475 dan Muslim dalam kitab Shahihnya no. 74 meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda.

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam”

Komentar

  1. Makasih remindernya mbaaaa, saya juga kadang sedih liat beberapa teman, terutama perempuan yang sudah menikah, dan mengumbar masalah keluarganya di sosial media. Bisa jadi ini karena ingin cari perhatian, atau menemukan solusi, atau mmm entahlah saya juga kurang paham, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya bagi wanita memaang susah mengendalikan ucapan, mungkin termasuk say jugaa, hiks. Hanyaa selalu belajar mengendalikan diri

      Hapus
  2. Saya melihatnya dari kacamata lain.. kenapa banyak perempuan yang mengumbar masalah dan perasaannya?

    Di manakah para laki-laki yang seharusnya menyediakan telinga dan bahu untuk para perempuannya?

    Di manakah sahabat-sahabat yang ada di kala senang tapi pergi di saat duka?

    Kenapa medsos semakin menjadi 'sampah perasaan' bagi sebagian besar orang? Karena bisa jadi di dunia nyata, mereka tak mendapat kesempatan untuk meluapkan sampahnya. Bisa jadi tak ada yang memberikan wadah untuk mereka bicara. Bisa jadi mereka memberi tanda untuk orang-orang di sekelilingnya, "pliiis... help me. Listen me for a while."

    Kenapa bisa bilang begini? karena saya pernah mengalaminya. Maka sekarang kalau lihat yang seperti itu, saya lebih senang japri dan bertanya... "Aku baca statusmu. Ada masalah? Ada yang bisa dibantu?"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya sih Mba, tapi kalau kasus yang saya bicarakan ini sepertinya yang bersangkitaan memang susah diajak bicara, ada yang menasehati maalah disambut tidak baik. Ya mungkin ini cara dia meringaankan bebaan di haatonyaaa sih, ikut sedih sebenarnya

      Hapus
  3. Dalam sehari, seorang perempuan harus mengeluarkan setidaknya 20 ribu kata. Jika hal tersebut tidak terpenuhi, fatal akibatnya.

    Sayangnya, tidak semua orang memiliki telinga untuk mendengar para wanita ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seharusnya orang terdekat yang menjadi teempatnya untuk berbicara ya, semogaaaa kita paara waanita selalu bisa mengelolaa kebutuhaaan kita itu ya Mba

      Hapus
  4. Semoga dari kejadian-kejadian tersebut,kita semua bisa mengambil pelajaran agar lebih bijak menggunakan sosmed

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADIAH UNTUK RESTU

PILIH PUNYA HUTANG ATAU PIUTANG?

Ipsach, Desa Tenang dan Hi-Tech di Swiss