BENARKAH KASIH IBU SEPANJANG JALAN, KASIH ANAK SEPANJANG GALAH?

Foto : Pixabay

Ada sebuah pepatah yang mengatakan, 'Kasih Ibu Sepanjang Jalan,  Kasih Anak Sepanjang Galah'.  Secara tersurat,  pepatah tersebut sangat bisa diartikan,  bahwa kasih ibu sangat banyak atau tak terbatas,  sedangkan kasih anak hanya sedikit, sangat terbatas. Ya,  tentu saja dengan mengartikan kata 'jalan' dan kata 'galah'.  

Apakah benar pepatah tersebut?  

Kita pasti setuju, bahwa pengorbanan seorang ibu memang tak terbatas.  Segala yang dilakukannya ikhlas untuk buah hati. Pengorbanan yang ia lakukan mulai dari mengandung selama 9 bulan,  melahirkan, menyusui,  merawat,  dan semua yang ia lakukan untuk membesarkan anak-anaknya tentu tak dapat dirinci dan dibalas oleh kita. Tak akan setimpal berapa pun banyaknya mata uang yang diberikan untuk ibu kita. Tidak dapat dinilai dengan uang semua kasih sayang ibu kita.

Namun,  ungkapan kasih anak sepanjang galah,  apakah itu juga benar?  Ada dua kemungkinan, bisa jadi benar jika seorang anak enggan berbuat baik kepada orang tuanya,  bersikap kasar,  dan tindakan tak berbakti lainnya.  Bisa juga itu hanya sebuah pepatah,  karena seorang anak yang baik tentu akan sekuat tenaga berbakti kepada orang tuanya,  sekalipun apa yang ia lakukan tidak akan pernah menyamai jasa-jasa orang tua. 

Bagaimana kenyataannya di lapangan?  

Saya  ingin berbagi cerita yang semoga bisa diambil hikmahnya.  

Ada seorang wanita yang tidak memiliki anak. Setelah suaminya meninggal, dia hidup bersama saudara dan keponakan-keponakannya.  Rumah mereka berjejeran. Saat masih tergolong muda dan sehat,  kehidupannya sama seperti orang kebanyakan.  Namanya orang tua,  pasti menyayangi anak-anak,  walaupun bukan anaknya sendiri.  Waktu pun berjalan,  hingga si wanita tersebut terkena sakit stroke.  Gerakannya menjadi terbatas dan harus dibantu oleh orang lain. Tentu saja yang membantunya adalah keponakan-keponakannya itu. Saat saya menengoknya,  dia mengeluh tentang sakitnya,  dia merasa tak berdaya karena susah bergerak. Namun,  yang membuat miris adalah ketika keponakannya justru seperti memaki wanita tersebut. Dengan nada kasar  dia berkata, "Lagian sih rewel,  udah tinggal duduk aja, minta pindah.  Kan capek yang membopong!"

Seketika itu saya terkejut,  betapa kasihannya wanita tersebut. Keponakan yang  menjadi harapannya karena tidak memiliki anak,  malah seakan terpaksa merawatnya.  Padahal,  sewaktu muda mereka hidup bersama bahkan satu rumah. 

Jika kejadiannya seperti ini,  mungkin pepatah 'kasih ibu sepanjang jalan,  kasih anak sepanjang galah' ada benarnya. Allahu a'lam. 

Ada lagi satu cerita.

Seorang wanita selalu mengeluhkan keadaan ibunya yang sudah renta. Saat ibunya mengompol,  dia mengomel.  Saat ibunya malas makan dan pilah pilih makanan, dia mengeluh. Memang,  keadaan rumah tangga seseorang tidak dapat kita ketahui secara mendalam. Namun,  ketika seorang anak selalu mengeluh dan mengomel tentang ibunya yang sudah renta, tentu sangat disayangkan. Bagaimanapun keadaan ibunya,  seharusnya seorang anak bisa sabar menghadapinya.

Cerita ini pun bisa menggambarkan, bahwa pepatah 'kasih ibu sepanjang jalan,  kasih anak sepanjang galah' memang ada benarnya.

Sikap seorang anak adalah cerminan dari sikap orang tuanya.  Ketika kita mendidik anak dengan kebaikan, maka akan selalu tertanam pula kebaikan dalam benak anak-anak hingga ia dewasa nanti.  Begitu pun sebaliknya.  

Semoga kita sebagai orang tua dapat mendidik anak-anak menjadi pribadi yang baik tanpa kenal waktu dan keadaan. Semoga kita sebagai anak,  dapat selalu menjaga sikap untuk berbakti kepada orang tua dan memperlakukan mereka dengan baik hingga usia senja.

Sebagai pengingat bagi kita untuk selaku berbuat baik kepada orang tua, saya coba kutipkan Ayat Al Quran berikut, 

"Dan Kami perintahkan kepada manusiaa (agar berbuat baik)  kepada kedua orang tuanya.  Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,  dan menyapihnya dalam usia dua tahun.  Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.  Hanya kepada Aku kembalimu" (QS. Luqman : 14)

Komentar

  1. Saya selalu berusaha untuk memperlakukan anak-anak seperti halnya saya ingin diperlakukan. Pernah suatu ketika saya pulang kerja dan lelah, sementara anak2 ingin main sama saya. Oengen rasanya nolak, tp trus keinget gimana kalau dibaluk, nanti saya yg tua pgn ngobrol sama anak sementara mereka lelah sepulang kerja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga kita bisa menjadi orang tuaa yang baik ya Mba, biar anak-anak juga baaik ke kita kelak kalau sudah tua. Aamiin..

      Hapus
  2. Semoga beliaau diberi tempat terbaik di sisi-Nya yaa Mba :)

    BalasHapus
  3. Merawat orang tua yang sudah sepuh sebenarnya sama dengan merawat anak bayi/balita yang belum bisa apa2. Perlu kesabaran yang luar biasa.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADIAH UNTUK RESTU

PILIH PUNYA HUTANG ATAU PIUTANG?

Ipsach, Desa Tenang dan Hi-Tech di Swiss