Banyak Yang Harus Dipelajari saat Menjadi Ibu Rumah Tangga

Beberapa waktu yang lalu, saya melihat tulisan di beranda Facebook yang membahas foto screenshoot sebuah story WA dari seorang remaja. Di foto itu, tertulis story WA kurang lebih seperti ini, 

"Gua capek sekolah, pengin nikah aja diem jadi ibu rumah tangga, biar nggak ada tugas sekolah lagi. #siapdilamar #nikahmuda #mamahmuda".



Dalam tulisan satir itu, intinya membahas bahwa menjadi ibu rumah tangga tidak seperti yang dibayangkan remaja tersebut. Kolom komentar pun dipenuhi pendapat ibu-ibu lain yang sependapat. Saya, yang juga ibu rumah tangga pun ikut gemas, ingin berkomentar. 

Seandainya dia tahu bahwa menjadi ibu rumah tangga justru banyak yang harus dipelajari, bukan sekadar tugas sekolah. Ada banyak yang awalnya tidak tahu, justru baru diketahui saat sudah menikah dan memiliki anak. Pengalaman pribadi, saat masih gadis, belum tahu rasanya memikirkan menu apa yang akan dimasak sebagai hidangan makan makan pagi, siang, dan malam. Belum lagi cara memasaknya. Itu baru satu ilmu yang harus diketahui sebagai seorang istri. Selain perdapuran, masih banyak lagi ilmu-ilmu yang mesti dipelajari.

Saat sudah memiliki anak, kehidupan baru dimulai lagi. Setelah sebelumnya berstatus gadis, lalu istri, kemudian memiliki satu gelar lagi, yaitu ibu. Suatu gelar yang begitu kompleks dengan "problem". Awal menjadi ibu, bisa jadi terserang baby blues, jetlag dengan perubahan kondisi. Ketidak tahuan mengurus anak, kelelahan fisik, omongan dari pihak luar tentang kondisi, akan berdampak buruk jika tidak memiliki ilmunya. Namanya ilmu, sudah pasti harus dipelajari, harus belajar. 

Setelah melahirkan, waktu terus berjalan, dan itu saatnya mengasuh anak dengan tahap-tahap perkembangan yang kadang membuat emosi naik turun. Anak demam karena mau tumbuh gigi, anak tantrum ingin mendapatkan sesuatu, anak tidak mau makan karena picky eater, dan lain sebagainya, adalah sebagian kecil masalah yang dihadapi seorang ibu. Kalau boleh dibilang, sebagai mamah muda, seperti tertulis di story WA gadis remaja tersebut. Percayalah, mamah muda itu labil emosinya. Lagi-lagi, ini satu ilmu yang harus dipejari, harus belajar, yaitu ilmu manajemen emosi. 

Masalah lain muncul saat menghadapi mom shaming. Dunia ibu rumah tangga tidak lengkap jika tidak ada mom shaming. Saling menjudge, saling membanggakan diri, saling membandingkan kondisi, adalah yang biasa terjadi di antara ibu rumah tangga. Misalnya saja masalah lahiran normal versus lahiran cesar, ASI versus susu formula, ibu rumah tangga versus ibu bekerja, tim popok sekali pakai versus popok cuci ulang, dan lain sebagainya. Kalau tidak tahu ilmunya menghadapi perdebatan semacam itu, wah dunia rasanya panas. Ada saja yang membuat tersinggung atau bahkan down. Ya, walaupun tidak semuanya ibu rumah tangga seperti itu, paling tidak itulah yang sering terjadi. Maka dari itu, perlu ilmu lagi bagaimana merasa bangga dengan  diri sendiri tanpa merendahkan orang lain.

Rasanya banyak yang ingin ditulis setelah melihat status WA remaja itu.  Rasanya masih gemas ingin berkomentar. Baiklah, next kita bahas di tulisan berikutnya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW BUKU THE POWER OF DASTER

HADIAH UNTUK RESTU

PILIH PUNYA HUTANG ATAU PIUTANG?