SELALU MENGINGAT SEJARAH DAN HIKMAHNYA

Setiap memasuki bulan Agustus, atmosfir berbeda pasti terasa ke mana pun kita pergi. Sepanjang perjalanan, berbaris bendera merah putih dan umbul_umbul warna-warni menghiasi pinggir jalan. Belum lagi kelap-kelip lampu hias, gapura di tiap gang dengan warna khas merah putih, atau mungkin hanya hiasan sederhana dari air berwana-warni yang diisikan ke dalam plastik dan digantung di batang pohon kecil. Sungguh suasana meriah yang tidak didapati selain bulan Agustus. 

Di bulan Agustus pula, rasa nasionalisme kembali menyala dan membara dibandingkan bulan-bulan lain. Apalagi saat tanggal istimewa yaitu tanggal 17 Agustus, banyak terdengar lahu-lagu nasional diputar di beberapa tempat umum, di tayangan televisi, ataupun di perkantoran pemerintah. Ya, itu tidak lain karena bulan Agustus adalah bulan kemerdekaan bagi negara Indonesia. Peristiwa bersejarah yang mengantarkan negara ini terbebas dari belengu penjajahan yang sekian lama diderita oleh rakyatnya.

Proklamasi kemerdekaan yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dan didampingi oleh Muhammad Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi bukti telah diraihnya kemerdekaan berbangsa dari para penjajah. Melalui perjuangan panjang ratusan tahun dengan berbagai penderitaan dan kesengsaraan yang dirasakan oleh rakyatnya, akhirnya Indonesia berhasil meraih kemerdekaannya. 

Jika kita membaca sejarah, pastilah kita merasa trenyuh sekaligus bergetar hati dengan perjuangan para pahlawan. Bagaimana mereka memiliki semangat tingggi dalam melawan penjajah. Berbagai pertempuran dengan banyak korban jiwa tentu menjadi harga mahal yang tak bisa kita balas dengan apa pun. Strategi perang, keberanian, perjuangan, kegigihan, semangat, pengorbanan, rasa cinta yang besar kepada tanah air, bergabung menjadi satu dalam jiwa mereka. Jiwa pahlawan yang begitu mulia mereka miliki untuk memperjuangkan kemerdekaan.

Sungguh, tak bisa membayangkan jika hingga kini kita masih berada di masa penjajahan. 

Teringat cerita Nenek dulu, bahwa untuk menjadi “orang” jaman dahulu itu sangat mudah. Hanya bermodal keberanian, seseorang mungkin bisa jadi Jenderal. Yang terpenting adalah kemauan untuk bersama-sama berperang merlawan para penjajah. Dalam cerita Nenek, bapaknya Nenek dahulu sempat diminta agar mau menjadi tentara, namun dilarang oleh  famili lain yang sudah lebih dulu berjuang mengikuti perang. Famili tersebut berpesan sebelum wafatnya, dia melarang agar jangan sampai anak keturunannya merasakan perjuangan pedih berperang melawan penjajah dan berakhir dengan sekarat. Entahlah,cerita yang mungkin membuat miris, namun sekaligus penuh pemakluman. Bagaimana pun, berperang memang hal yang tidak menyenangkan, namun lepas tangan dari kesempatan membela negara tentunya hal yang kurang baik. Namun, begitulah jalan takdir. Kematian bisa datang dengan sebab apa pun. Walaupun  tidak mengikuti perang, nyawa pun bisa melayang sesuai kehendak Illahi.

Berbeda dengan kini, menjadi abdi negara butuh pendidikan yang tinggi dan biaya yang tidak sedikit. Perubahan memang mutlak adanya, sesuai dengan perkembangan jaman dan kondisi yang dialami. Namun begitu, jiwa pahlawan harus tetap dipunyai bagi seluruh masyarakat tidak hanya oleh para prajurit bersenjata.

Belajar sejarah adalah hal yang memiliki keistiewaan tersendiri. Kita seakan dibawa ke jaman dulu melihat peristiwa demi peristiwa  yang terjadi di Indonesia ini. Bagaimana kita merasakan semangat berkobar yang dimiliki pasukan dibawah pimpinan Soetomo saat peristiwa di hotel Yamato di Surabaya. Kita pun bisa merasakan suasana genting dan menegangkannya saat Ir. Soekarno diamankan oleh para pemuda ke Rengas Dengklok hingga terjadi peristiwa proklamasi.

Selain itu, masih banyak berbagai peristiwa bersejarah yang terjadi setelah Indonesia merdeka. Seperti peristiwa berdarah G 30 SPKI, peristiwa dan kejadian penting menyusul terbentuknya negara Indonesia dengan berbagai elemennya seperti Undang-Undang Dasar dan lain-lain. Hingga, peristiwa sejarah yang belum begitu lama, yaitu tragedi  kerusuhan Mei 1998 yang mengantarkan Indonesia ke era baru yaitu era reformasi.

Sejarah akan selalu ada. Bagi kita, peristiwa lampau adalah sejarah, namun bagi generasi yang akan datang, peristiwa sekarang kan menjadi sejarah. Apa pun itu, peristiwa penting baik buruk maupun baik pasti akan selalu dikenang, menjadi sejarah yang harus diambil hikmah dan pelajarannya. Karena sejarah tidak untuk dilupakan, melainkan untuk selalu kita ingat. 

Mungkin kita  mengenal istilah Jas Merah, yaitu kepanjangan dari “Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah”, ´yang merupakan judul dari pidato Presiden pertama Indonesia. Itulah yang harus kita lakukan sebagai penerus bangsa. Selalu mengenang jasa para pahlawan dengan berjuag memajukan Indonesia dengan cara masing-masing. Semoga Indonesia tetap berdiri sebagai bangsa yang berdaulat, makmur, dan sejahtera bagi seluruh warganya. Karena seperti kata Soekarno, bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan jasa para pahlawannya. 

Dirgayahayu Indonesiaku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW BUKU THE POWER OF DASTER

HADIAH UNTUK RESTU

PILIH PUNYA HUTANG ATAU PIUTANG?