BAHAGIA MENJALANI PERAN

Foto : Pixabay

Tak terasa, menjelang enam tahun sudah pernikahanku. Tak terasa pula telah kulalui dua peran selama ini, yaitu menjadi istri dan ibu bagi dua anak hasil pernikahnku. Ah, bukan tak terasa … tapi sangat terasa. Bagaimana pun, menjadi seorang istri apalagi seorang ibu menuntut keahlian yang lebih. Bisa dibilang, ahli segala bidang. Kalau seperti di tulisan_tulisan yang beredar, ibu itu merangkap berbagai peran. Seorang guru, tukang masak atau koki, ahli keuangan, arsitek, jasa laundry, bahkan cleaning service. Ya … walaupun itu hanya kiasan, tapi cukup menggambarkan bahwa begitu banyak tugas dan kegiatan yang harus dilakukan oleh seorang ibu.

Dulu, selagi belum menikah, enak saja memikirkan nanti setelah menikah begini-begitu, gampang paling ya seperti itu kerjaan rumah tangga. Tapi nyatanya, ada saja kejadian mengejutkan yang dialami emak-emak daster sepertiku. Ada kalanya satu hari, di mana anak selalu rewel, tantrum, dan banyak maunya. Sedangkan mood kita sebagi ibu juga tidak selalu baik. Kalau sudah seperti itu, rasanya sangat ngenes menjadi ibu. Iyakah? Seperti itukah? Mungkin seperti itu tanggapan yang terlontar ketika ada kalimat ngenes menjadi seorang ibu. Tapi, yakinlah, pertanyaan itu akan terjawab jika sudah mengalaminya sendiri.

Masalah rengekan anak  hanya salah satu hal yang membuat ngenes bagi seorang ibu. Ada hal lain yang bisa membuat mood menjadi down, seperti pekerjaan rumah tangga yang tidak ada habisnya, beban ekonomi yang mungkin dialami oleh sebagian ibu, atau masalah lain seperti omomgan orang lain yang berkomentar dengan cara kita mendidik anak. Tidak heran, banyak kasus seorang ibu yang mengalami gangguan kesehatan mental. Betapa miris ketika mendengar berita seorang ibu membunuh anaknya, bunuh diri bersama anaknya, atau kasus lainnya. 

Kasus-kasus tersebut mungkin membuat sebagian kita yang mendengarnya akan menyalahkan si ibu. Betapa tidak sabarnya ibu itu, atau mungkin menganggap si ibu kurang iman sehingga melakukan hal-hal yang demikian. Tapi, bagi sebagian yang lain yang bisa berempati akan prihatin dan tidak sepenuhnya menyalahkan si ibu. Karena memang permasalahan yang dialami seorang ibu sangat kompleks. Sehingga rentan membuat kondisii kejiwaan atau kesehatan mental mudah terganggu. Masalah seperti ini kebanyakan akan dialami oleh ibu yang baru saja melahirkan, atau memiliki anak balita. Gangguan kesehatan mental seperti itu dikenal dengan sebutan baby blues atau post partum syndrome.

Baby blues biasanya dialami ibu  yang kurang mendapat perhatian oleh orang-orang di sekitarnya. Bisa juga karena komentar-komentar negativ dari orang di sekelilingnya. oleh karena itu, perlu pemahaman di kalangan masyarakat agar bisa  lebih berempati terhadap apa yang dialami seorang ibu. Terlebih bagi ibu yang belum lama menyandang status barunya.

Kembali ke cerita tentang kesibukan yang aku jalani. 

Foto : Pixabay

Ya, aku adalah seorang ibu rumah tangga dengan dua orang anak yang setiap harinya berkutat dengan urusan domestik dan juga berbagai tingkah laku anak. Tak dipungkiri, kadang pun aku merasa bosan dengan rutinitas yang aku jalani. Keterbatasan mobilitas karena memiliki  anak balita membuatku sering merasa iri dengan para ibu yang dengan leluasa bisa pergi kemana mereka mau. Kadang pun terbayang kebebasan yang dulu aku lakukan sebelum menikah dan mempunyai anak. Tapi kemudian aku berpikir, bahwa inilah episode kehidupan. Ada masanya diri ini bisa bersenang-senang, tapi ada masanya pula ketika tanggung jawab dan kewajiban di atas segalanya. Akan bersama siapa anak-anak jika bukan denganku, ibunya sendiri? Kini, saatnya episode penuh warna-warni dengan tingkah laku anak yang sedang aku jalani. 

Namun begitu, dunia emak daster tidak selalunya  ngenes. Banyak pula kesenangan yang dialami ketika menjadi seorang ibu. Setelah menjadi seorang ibu, aku menjadi tahu banyak hal yang dulu tak ku ketahui. Dengan menjadi seorang ibu pula, waktu untuk belajar justru tidak ada habisnya. Bagaimana mengelola emosi kepada anak, bagaimana menghadapi anak yang sakit, bagaimana menghadapi anak yang rewel. Tentunya itu hal yang terus menerus harus dipelajari. Dan, dengan belajar, kita jadi lebih tahu bnayak hal.

Menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya juga memberikan kesempatan kepada kita untuk lebih mengetahui potensi apa yang kita miliki. Seperti halnya yang aku alami, waktu yang lebih banyak dihabiskan di rumah membuatku lebih bebas melakukan hobi yang aku sukai. Karena “keisengan” dan ketidaksengajaan di sela-sela kesibukan menajdi ibu rumah tangga, akhirnya aku menemukan sebuah komunitas kepenulisan dan bergabung dengannya. Dari perkenalan itu, aku juga semakin tahu tentang dunia literasi dengan bergabung bersama komunitas-komunitas lain. 

Hal baru yang menjadi self healing tersendiri bagiku di tengah kebosanan dan perasaan minder menjalani peran sebagi emak daster. Bosan karena rutinitas yang terkungkung hanya di rumah, minder karena ijazah yang didapat hanya tersimpan rapi di lemari. Setelah bergabung dengan komunitas literasi, aku jadi mempunyai semangat untuk lebih banyak berkarya. Dan membuktikan bahwa menjadi ibu rumah tangga tidak selalu tertinngal. Karena setiap orang memiliki potensi masing-masing. 

Mungkin saat ini aku memang terbatas untuk bisa berkegiatan di luar, tapi aku cukup terhibur dengan pertemanan luas di dunia maya. Dan lagi bukan sembarang teman yang aku miliki, namun banyak orang-orang hebat yang sangat mengisnpirasiku yang aku kenal di dunia mya. Tentu saja, teman di komunitas yang aku ikuti.

Kini, menjalani peran dengan bahagia sebagai ibu rumah tangga menjadi pilihanku. Terus belajar meningkatkan kualitas diri, agar mempu memberi perubahan yang baik untuk diri sendiri, suami, anak-anak, dan orang-orang di sekitarku. Aamiin, Inysaa Allah. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW BUKU THE POWER OF DASTER

HADIAH UNTUK RESTU

PILIH PUNYA HUTANG ATAU PIUTANG?