BOLEH PUKUL, JANGAN KENA

Waktu Hanan masih usia 3 tahunan,  dia suka sekali memukul. Energinya seakan tidak ada habisnya untuk loncat ke sana ke mari sambil memeragakan adegan berkelahi.  Adiknya yang kala itu masih bayi sering kena sasaran,  begitu juga saya.  Seringkali waktu berbaring mengASIhi adiknya, dia memeragakan adegan berkelahi, memukul,  dan melompati saya. Setelah saya ambil kesimpulan, sepertinya dia bertingkah seperti itu karena melihat film superhero seperti ultraman, robot-robotan,  dan sejenisnya.

Mulai saat itu,  saya memutuskan untuk membatasi aksesnya melihat tayangan seperti itu di tivi.  Berbagai cara saya lakukan seperti mencabut diam-diam stop kontak tivi,  mematikan kilometer listrik, menghilangkan chanel tivi, dan lain-lain.  Jika langsung dimatikan tivinya,  patati dia akan menangis. Sewaktu belum mengerti,  Alhamdulillah cara ini berhasil.  Namun,  ketika dia sudah lebih besar, dia pun bisa tahu kalau saya yang mencabut kabel dan mematikan kilometer listrik. Akhirmya saya pun pasrah ketika dia tetap saja menonton tayangan itu.

Hingga suatu saat,  tivi kami pun rusak. Saya senang sekali karena lama tidak melihat tivi dan Hanan terbebas dari melihat tayangan itu. Hanan pun mulai sedikit mereda, tidak lagi suka memukul. 

Masalah kembali muncul,  ketika beberapa lama kemudian dia seringkali main ke rumah saudara untuk menonton tivi. Tayangannya apalagi kalau bukan seperti itu lagi.  Akhirnya dari pada tanpa pengawasan berlama-lama menonton tivi di rumah saudara,  kami putuskan untuk membeli tivi baru.  

Hingga kini,  Hanan pun masih suka melihat tayangan ultraman dan sejenisnya.  Terladang saya biarkan,  namun tetap ambil disounding,  bahwa Hanan boleh lihat ultraman asalkan tidak ikut-ikutan. Namanya anak-anak, mungkin dia belum begitu paham. Tetap saja hal itu seperti kesenangan baginya. 

Terkadang pun Hanan masih suka memukul, jika keinginannya tidak dipenuhi. 

Seperti tadi pagi, saat saya tidak segera memenuhi keinginannya untuk membeli jajan di warung, dia memukul saya menggunakan tangan dan kakinya. 

"Hanan,  pukul-pukul seperti itu tidak bagus,  jangan dilakukan ya ..." saya memperingatkan,  "lihat nih Ummi sakit."

"Kan,  Hanan ultraman,  Ummi jadi monsternya," jawabnya santai. 

"Ultraman kan khayalan,  itu bohongan cuma di tivi."

Hanan tetap saja memukul,  Alhamdulillah saya tidak emosi dibuatnya. Dari pagi saya sudah mensugesti diri agar tidak terpancing emosi.  Ya,  karena dalam challange komunikasi produktif Bunda Sayang ini,  saya benar-benar ingin memperbaiki diri agar sabar menghadapi tingkah laku anak.  Apa pun itu.

Saya 'gelitikin' dia untuk pengalihan agar dia tidak memukul lagi. Terbukti dia senang menanggapinya. Semakin dia memukul semakin saya 'gelitikin' dia.  Akhirnya kami pun jadi tertawa-tawa bersama.  

"Coba Ummi tanya,  tangan buat apa?  Sama kaki buat apa?" Di sela-sela kami bermain itu,  saya menanyakan kepadanya. Harapan saya agar dia menjawab seperti yang sudah saya sering sounding kepadanya,  bahwa tangan untuk makan,  salaman,  menulis, memegang sesuatu, dan lain-lain.  Bukan untuk memukul. 

"Tangan buat pukul." Aduh,  jawaban yang sungguh menguji kesabaran. Tapi sekali lagi,  saya masih santai menanggapinya. Kami masih saja bermain-main. Dia memukul, saya 'gelitikin'. 

"Ya nggak boleh,  masa buat pukul.  Tangan buat yang baik-baik dong."

Merasa apa yang diinginkan belum terpenuhi, dia pun masih beberapa kali memukul dan berteriak,  "Ummi jajan ....!"

"Ya nanti beli jajannya,  sabar dulu nggak boleh marah-marah," saya kembali mengulur waktu, "Hanan tahu kan hadits jangan marah?"

Hanan mengangguk dan kami pun bersama-sama melafalkan hadits larangan marah. Laa taghdob wa lakal jannah,  jangan marah bagimu surga. 

"Nah gitu,  jangan marah-marah lagi ya... "

Walaupun saya sudah berusaha berkata kepadanya dengan lembut,  ternyata sesekali Hanan masih memukul.  Dia masih berimajinasi bahwa dirinya ultramen dan saya harus jadi monsternya.  Ah,  iya.  Mungkin apa yang saya katakan terlalu panjang dan tidak dimengerti. 

Akhirnya saya pun mencoba menuruti apa maunya.  Saya berperan seperti sedang berkelahi dengannya.  

"Ya sudah,  Ummi jadi monster ya,  tapi Hanan jadi ultamennya kalau mukul jangan kena ya."

"Kan monster kalah, Mi, dipukul sama ultramen."

"Itu kan di tivi, bohongan.  Kalau Hanan mukul jangan kena ya, seperti ini ..." Saya pun mencontohkan gerakan memukul tanpa mengenai bagian tubuh. 

Alhamdulillah ternyata apa yang saya arahkan bisa diterima. Hanan terlihat happy bermain ultramen dan monster dengan adegan memukul tanpa mengenai bagian tubuh. 

Suatu kemajuan bagi saya,  karena biasanya saya kurang pandai mengendalikan emosi jika dia masih memukul saat sudah diberi tahu dengan lembut. Saya menyimpulkan bahwa mungkin saya memperoleh tiga bintang hari ini,  karena bisa menemukan cara agar kebiasaan memukul Hanan sedikit bisa dikurangi.  

Saya pun merasa puas,  karena saat Hanan menjaili adiknya,  saya masih bisa sabar. Stay cool. Tentunya dengan sounding,  'boleh pukul tapi jangan kena' ini. 

Namun,  ternyata setelah waktu beranjak siang,  ada suatu hal yang membuat mood saya kurang bagus.  Saat itu pula Hanan sedikit rewel meminta handphone padahal saya sedang menyelesaikan chat penting. Akhirnya insiden nada tinggi pun keluar lagi.  Hingga Hanan menangis. Menyesal sekali karena telah mencederai niat saya agar bisa bersabar melakukan komunikasi produktif dengan Hanan.  

Yah, begitulah hari ini.  Setelah menyesal,  saya meminta maaf kepadanya, memeluk,  mencium dan menggendongnya. Sedikit bersantai,  tiduran,  sambil memeluk dan menciuminya terus, suasana pun kembali reda. 

Hari ini mungkin saya belum mendapat bintang tiga seperti kepuasan di pagi hari.  Mungkin saja turun memperoleh hanya satu bintang, karena gagal dalam mengendalikan bad mood karena sesuatu hal, sehingga menjadikan anak sebagai sasaran. Namun,  saya cukup puas akan pencapaian komunikasi produktif dengan Hanan.  

Semoga esok hari akan lebih baik.  Terus belajar memperbaiki diri menjadi seorang ibu yang benar-benar penyayang. Aamiin ....

#harike-1
#tantangan15hari
#zona1komprod
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW BUKU THE POWER OF DASTER

HADIAH UNTUK RESTU

PILIH PUNYA HUTANG ATAU PIUTANG?